Peringati Maulid Nabi, Warga Bawa Makanan Sendiri

- Jumat, 30 Oktober 2020 | 10:02 WIB
TRADISI: Masyarakat selalu membawa makanan sendiri saat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
TRADISI: Masyarakat selalu membawa makanan sendiri saat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

MARABAHAN - Ratusan warga Ulu Benteng memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Hidayatul Muslimin, Kamis (29/10). Warga sekitar mempunyai tradisi tersendiri.

Ada dua tahapan. Pertama, setelah salat Zuhur, masyarakat berbondong-bondong membawa sanak keluarga. Tapi hanya laki-laki saja. Mereka masing-masing membawa minuman berbagai jenis. Seperti air kelapa muda, teh manis, sirup, dan sebagainya. Juga ditemani kue yang bermacam-macam.

Setelah membacakan Asrakal yang lumayan lama, minuman dan kue tersebut disantap bersama. Saling berbagi satu sama lain. Tahap pertama ini dinamakan antaran air cau.

Selanjutnya tahap kedua, warga memulai kegiatan Maulid setelah salat Asar. Kali ini dirangkai dengan kegiatan pembacaan Maulid Berjanji Asrapal Anam. Diakhiri dengan menyantap makanan yang dibawa masing-masing warga.

Semua makanan dari berbagai jenis terlihat di dalam masjid. Dari nasi kuning, sate, lontong, bahkan bubur sekalipun. Pada saat makan bersama tersebut terlihat kebersamaan antar warga. Hampir semua warga berbagi makanannya satu sama lain. "Kegiatan ini sudah menjadi tradisi sejak zaman dahulu kala," ujar Panitia Masjid Hidayatul Muslimin, Mahdi.

Tradisi ini mempunyai banyak manfaat. Terutama saat berbagi makanan dan minuman. Semua warga berkumpul di dalam masjid menciptakan rasa kekeluargaan, dan tentunya silaturahmi yang kental. "Tiap warga biasanya membawa makanan yang jumlah lebih banyak dari jumlah keluarga mereka. Diberikan kepada keluarga lain. Begitu juga sebaliknya," ujarnya.

Menurut Mahdi, acara maulid tidak hanya mengenang kelahiran dan wafat Baginda Rasul Nabi Muhammad SAW. "Dari berbagi makanan, timbul rasa berbagi dan saling mencicipi makanan satu sama lain," ujarnya.

Warga Ulu Benteng, Jalaludin mengakui acara Maulid di situ selain mengenang Baginda Rasul juga sebagai ajang silaturahmi. Baik sesama keluarga, maupun warga beda RT.

Jalaludin menceritakan maulid ini sudah diikutinya sejak kecil. Dari umur 7 tahun hingga sekarang 50 tahun. Menurutnya, suasananya tidak ada yang berbeda. Dari membawa air cau, dan makanan. Tetap dibawa sendiri oleh keluarga masing-masing. Tidak ada yang disediakan panitia. "Yang berbeda mungkin hanya adanya pengeras suara saja," bandingnya.(bar/dye/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Banjarmasin Pulangkan 10 Orang Terlantar

Jumat, 26 April 2024 | 14:30 WIB
X