Diantar Pulang lalu Dikasih Pesangon, Banjarmasin Dikurung Orang Terlantar dan Penderita Gangguan Jiwa

- Rabu, 4 November 2020 | 12:35 WIB
TERLANTAR: Pemandangan orang terlantar kian mudah ditemui di Banjarmasin. Foto diambil beberapa bulan yang lewat di Jalan Ahmad Yani kilometer 4,5. | Foto: Wahyu Ramadhan/Radar Banjarmasin
TERLANTAR: Pemandangan orang terlantar kian mudah ditemui di Banjarmasin. Foto diambil beberapa bulan yang lewat di Jalan Ahmad Yani kilometer 4,5. | Foto: Wahyu Ramadhan/Radar Banjarmasin

Selama ini, penanganan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) dan orang terlantar (OT) di Banjarmasin, terkesan hanya sebatas tangkap dan lepaskan.

---

BANJARMASIN - Data Dinas Sosial Banjarmasin menyebutkan, ada 800 ODGJ dan OT di kota ini. Tapi hanya 51 orang yang berada di Rumah Singgah Dinsos di Jalan Gubernur Subarjo.

Sisanya dirawat keluarga, rumah sakit jiwa, atau terlantar di jalan. Data itu dihimpun dari 26 puskesmas yang terbesar di lima kecamatan.

Kepala Dinsos Banjarmasin, Iwan Ristianto mengatakan, kebanyakan ODGJ dan OT di sini merupakan pendatang dari luar daerah.

"Mereka berjalan sendiri sampai kemari. Tak tahu di mana keluarganya. Diajak komunikasi susah. Jadi tuna wisma," ujarnya, kemarin (3/11).

"Kadang berjalan-jalan mengganggu keramaian. Mau tidak mau ditampung di rumah singgah kami," tambahnya.

Selain dimandikan dan dikasih makan, oleh petugas rumah singgah, wajah mereka dipotret. Fotonya disebarkan ke media sosial untuk mencari keluarganya.

"Ketika ada yang mengakui, maka kami antarkan ke kediamannya. Bahkan ada yang diantarkan sampai Buntok dan Palangkaraya (Kalteng)," kisah Iwan.

Khusus kasus OT, staf Bagian Perlindungan Korban Bencana Alam dan Bencana Sosial di Dinsos, Firman menambahkan, OT yang kerap ia temui kebanyakan merupakan korban penipuan atau korban PHK (pemutusan hubungan kerja).

Adapula yang datang kemari dengan tujuan mencari anggota keluarganya tapi gagal.

Rata-rata bila terciduk Satpol PP, setelah diantar ke rumah singgah, mereka meminta bantuan untuk dipulangkan ke kampung asalnya.

Firman harus benar-benar mengawasinya selama perjalanan pulang. "Misalkan diantar ke pelabuhan. Saya harus memastikan sampai benar-benar naik ke kapal. Sampai kapalnya berangkat," ujarnya.

Sebab, bila tak diawasi, bisa saja diam-diam nekat kabur. Kalau sudah begitu, terkadang Firman harus berjaga sampai jam dua dini hari di pelabuhan.

Halaman:

Editor: berry-Beri Mardiansyah

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB
X