Daya Beli Masyarakat Mulai Meningkat

- Kamis, 5 November 2020 | 11:58 WIB
TERSENYUM: Daya beli masyarakat secara perlahan sudah mulai membaik, karena aktivitas ekonomi dari berbagai sektor, seperti perhotelan, pasar, kafe, tempat wisata dan lain-lain mulai buka. | Foto: Dok/Radar Banjarmasin
TERSENYUM: Daya beli masyarakat secara perlahan sudah mulai membaik, karena aktivitas ekonomi dari berbagai sektor, seperti perhotelan, pasar, kafe, tempat wisata dan lain-lain mulai buka. | Foto: Dok/Radar Banjarmasin

BANJARBARU - Setelah terjadi deflasi 0,3 persen pada September 2020 tadi, Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel mencatat Oktober tadi Banua kembali mengalami inflasi. Yakni sebesar 0,22 persen, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK), 105,21.

Kepala BPS Kalsel, Moh Edy Mahmud mengatakan, inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh sebagian besar indeks kelompok pengeluaran. "Ada enam kelompok yang mengalami kenaikan harga tertinggi," katanya melalui Channel Youtube BPS Kalsel, (2/11) tadi.

Dirincikannya, enam kelompok tersebut yakni kelompok makanan, minuman dan tembakau yang mengalami inflasi sebesar 0,45 persen. Disusul kelompok pakaian dan alas kaki, 0,41 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar lainnya, 0,28 persen; kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga, 0,28 persen.

"Kemudian kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,15 persen. Serta, kelompok kesehatan 0,07 persen," rincinya.

Dia mengungkapkan, kelompok makanan, minuman dan tembakau mengalami inflasi terbesar lantaran tiga subkelompoknya mengalami kenaikan. Yaitu, subkelompok makanan naik sebesar 0,49 persen. Lalu, subkelompok minuman tidak beralkohol, 0,3 persen dan subkelompok tembakau 0,25 persen.

"Dengan naiknya ketiga subkelompoknya, maka kelompok makanan, minuman dan tembakau pada Oktober 2020 memberikan andil inflasi sebesar 0,13 persen," ungkapnya.

Selain ada yang naik, Edy menyampaikan ada pula kelompok yang mengalami penurunan indeks harga. Diantaranya, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya yang turun 0,15 persen. Serta kelompok transportasi sebesar 0,07 persen.

"Sementara kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan; kelompok pendidikan, serta kelompok penyediaan makanan dan minuman atau restoran tidak mengalami perubahan indeks harga dibandingkan September," ucapnya.

Jika berbicara komoditas, dia menuturkan, jenis yang paling banyak mengalami kenaikan harga dan memberikan andil inflasi tertinggi di Kalsel adalah daging ayam ras, bahan bakar rumah tangga, ikan gabus, minyak goreng dan ikan nila.

"Sedangkan, komoditas yang mengalami penurunan harga dengan andil deflasi tertinggi, antara lain, pepaya, telur ayam ras, bawang merah, angkutan udara, semangka dan emas perhiasan," tuturnya.

Secara terpisah, menanggapi data BPS Kalsel, Kepala Dinas Perdagangan Kalsel Birhasani menjelaskan, terjadinya inflasi bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Namun dengan memperhatikan kondisi saat ini, menurutnya inflasi terjadi lantaran ekonomi Kalsel sudah mulai bergerak positif.

Dia memaparkan, ekonomi Kalsel bergerak positif ditandai dengan meningkatnya belanja pemerintah. Baik pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota se-Kalsel. "APBD perubahan umumnya sudah disahkan dan mulai dibelanjakan, sehingga terjadi peningkatan permintaan akan barang tertentu," paparnya.

Meningkatnya belanja pemerintah menurutnya berdampak pada peningkatan permintaan atau belanja masyarakat. Sehingga terjadi perputaran uang yang dinamis di pasar.

"Dengan demikian daya beli masyarakat secara perlahan sudah mulai membaik, karena aktivitas ekonomi dari berbagai sektor, seperti perhotelan, pasar, kafe, tempat wisata dan lain-lain mulai buka. Meski harus menerapkan protokol kesehatan," pungkasnya. (ris/ran/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X