Merakyat dan Penuh Kenangan, Bawa Teh Pasaran ke Meja Kedai

- Kamis, 5 November 2020 | 12:54 WIB
TEH JADUL: Bukan hanya jadul, teh ini juga langka di pasaran. Gusti Febrian menyajikan teh dari kedainya di Jalan Pangeran Hidayatullah. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN
TEH JADUL: Bukan hanya jadul, teh ini juga langka di pasaran. Gusti Febrian menyajikan teh dari kedainya di Jalan Pangeran Hidayatullah. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN

Di tangan Gusti Febrian, teh pasaran biasa disajikan ke meja kedai. Khas tongkrongan anak muda. Di situ, ia tidak hanya mengenalkan ragam merek 'teh rakyat'. Melalui teh, ia coba membangkitkan nostalgia pengunjung.

-- Oleh: WAHYU RAMADHAN, Banjarmasin --

Sebanyak 24 toples kecil berisi daun teh berjejer rapi di meja kedai. Lengkap dengan ragam kertas bungkusan merek teh yang sukar dikenali. Rata-rata, didistribusikan dari Pulau Jawa hingga Sumatera.

Beberapa contoh, ada teh cap Kepala Djenggot dan teh Gardoe dari Surakarta. Kemudian, dari Sumatera ada teh hitam cap Prendjak dan cap Kayu Aro.

Minggu (1/11) malam itu, pengunjung belum terlalu ramai. Hanya ada dua orang tua dan empat pemuda yang mampir. Kedai ini berada di Jalan Pangeran Hidayatullah, Banjarmasin Utara.

Kedai teh yang dikelola Febri baru dibuka. Tepatnya 21 September lalu. Tapi soal meracik teh, Febri bukan seorang amatir.

Pemuda kelahiran 14 Februari 1989 itu selama dua tahun terakhir, belajar secara khusus dalam dunia seduh menyeduh teh berkualitas di Yogyakarta. Dari situ, ia semakin tertarik untuk memasarkan teh.

Alih-alih mengenalkan dan memasarkan kualitas nomor satu, yang terkenal mahal itu, Febri memilih teh yang mampu dijangkau kantong semua kalangan.

"Ya, dengan teh yang biasa dijual di pasaran ini. Kalau teh kualitas tinggi, perlu modal banyak. Harganya juga lumayan mahal," ungkapnya.

Lebih detail terkait teh seperti apa yang dikenalkannya. Febri membawa teh yang ada di pasar-pasar tradisional ke meja bar. Teh apalagi kalau bukan teh rakyat, yang biasa diminum di desa-desa atau warung-warung pinggiran.

Maka, jangan heran, bagi warga Banjarmasin, belum terlalu familiar dengan merek-merek teh di sini. Ups, tunggu, bukan berarti sejumlah merek teh itu tak pernah ada di Banjarmasin.

Dari 24 merek teh, penulis menemukan dua merek teh yang terasa familiar. Seperti teh cap Sepeda Balap dan teh cap Poci. Pembaca tentu pernah melihatnya.

"Itulah yang saya inginkan dari meminum teh di kedai ini. Membuat pengunjung mengingat kenangan ketika ia meminum teh yang mereknya kini cukup 'langka' keberadaannya," bebernya.

Ya, dari sekian banyak merek, memang sudah langka di pasaran. Untuk mencari tehnya juga tidak mudah. Febri mengandalkan jejaring kawan-kawannya di luar daerah.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

X