Jamas Pusaka di Haul Raja, Melihat Maturi Dahar dari Dekat

- Senin, 9 November 2020 | 11:27 WIB
MOMEN LANGKA: Beragam pusaka Kerajaan Banjar yang disimpan zuriat, dibersihkan dalam ritual di Makam Sultan Suriansyah, Kampung Kuin. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN
MOMEN LANGKA: Beragam pusaka Kerajaan Banjar yang disimpan zuriat, dibersihkan dalam ritual di Makam Sultan Suriansyah, Kampung Kuin. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN

Maturi Dahar bukan sekadar ritual mengenang jasa leluhur. Di sini, para pencinta tosan aji dari berbagai daerah berkumpul. Bersilaturahmi sembari menjamas pusaka.

-- Oleh: WAHYU RAMADHAN, Banjarmasin --

KOMPLEKS makam Sultan Suriansyah di Jalan Kuin Utara, Sabtu (7/11) malam, dirubung warga yang merapal zikir dan selawat.

Di hadapan mereka, tersaji berbagai penganan. Jumlahnya persis 41 macam. Di sudut lain, beralas kain putih, ada tungku berisi kemenyan.

Mengasapi puluhan pusaka yang berjejer rapi. Dari tombak, parang, badik hingga keris.

Seusai doa bersama, 41 penganan itu disantap bersama-sama. Pertanda acara itu telah tuntas.

Ketua Yayasan Restu Sultan Suriansyah, Syarifudin Nur menjelaskan, Maturi Dahar adalah syukuran atau selametan. Atas karunia iman sejak zaman Raja Banjar pertama, Sultan Suriansyah (memerintah tahun 1500 sampai 1540).

"Maturi Dahar juga media silaturahmi yang sakral antar zuriat dan masyarakat. Mengenang jasa leluhur atau pendahulu. Hingga pelestarian adat istiadat," jelasnya.

Maturi Dahar juga memiliki arti lain. Yaitu "memberi makan leluhur". Jauh sebelum Islam menyebar di tanah Banjar, ritual ini dahulu juga sarana tolak bala.

"Agar hidup masyarakat tenteram. Dahulu penganan ini disebut sesaji. Biasanya dilarung ke sungai atau laut," tuturnya.

Ritual itu kemudian disesuaikan dengan ajaran Islam. Diisi zikir, selawat dan doa. Penganan juga dinikmati bersama. "Menghindari mubazir hingga perbuatan syirik," tambahnya.

Malam itu, juga diperingati mangkatnya Sultan Suriansyah. Lewat jamas (pembersihan, pencucian) pusaka.

Dijamas dengan air kembang. Diolesi minyak khusus agar tak berkarat. Dan dikeringkan dengan diangin-anginkan melalui kepulan asap dupa.

Ritual itu menjadi tontonan masyarakat sekitar. Tapi bagi pencinta tosan aji di Kalsel, kegiatan ini sangat dinantikan.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB
X