Dua pekan setelah kebakaran besar itu, korban kebakaran di Pulau Bromo masih menantikan uluran tangan dermawan.
-- Oleh: WAHYU RAMADHAN, Banjarmasin --
Rabu dini hari, 21 Oktober, 15 rumah habis terbakar. Sebanyak 55 jiwa kehilangan tempat tinggal.
Kemarin (9/11) sore, gerimis membuat Ratna meringkuk kedinginan di bawah tenda darurat itu. Perempuan 30 tahun itu sedang menjaga anaknya yang masih balita.
Ratna hanya bisa menyelamatkan kasurnya dari amukan si jago merah. Itu pun robek-robek karena ditarik keluar rumah.
"Saat kebakaran terjadi, saya sedang tidur. Pas terbangun, saya gemetaran. Kebingungan. Bisa selamat pun syukur," ceritanya.
Bersama suami dan tiga anaknya, Ratna tinggal di bawah terpal sumbangan yang beralas kayu sisa-sisa rumahnya. Tenda darurat itu dibangun sehari setelah kebakaran melanda.
"Keluarga saya jauh-jauh. Di Basirih sana. Saya tidak mungkin ke sana. Saya tidak ingin merepotkan mereka," tambahnya.
Keluarga ini berharap bisa membangun kembali rumahnya. Andaikan ada bantuan, tanah itu sebenarnya milik perusahaan yang dulu beroperasi di Pulau Bromo.
"Kalau saya bangun rumah, kemudian nanti digusur, saya tidak bisa apa-apa," ujarnya.
Sementara Zaitun lebih beruntung. Perempuan 37 tahun itu kini menempati poskamling bersama suami dan anaknya.
Dia terpaksa mengungsi ke situ. Karena rumah lima keluarganya juga turut terbakar. "Jadi mau numpang ke mana lagi? Rumah orang tua dan adik juga habis terbakar," kisahnya.
Saat api melalap rumahnya, Zaitun dan ketiga anaknya bahkan sempat terkurung asap. "Kami terjun ke sungai, alhamdulillah selamat," ungkapnya.
Suaminya Sulaiman, 40 tahun, baru pulang dari Palangkaraya, Kalteng. "Belum sempat menginjak rumah, tahu-tahu sudah terbakar," ujarnya.