Banyak hal berubah saat pandemi. Ada lebih banyak orang miskin dari yang pernah kita lihat. Ada lebih banyak cerita sedih yang pernah kita dengar. Ada banyak bisnis hancur, ada banyak usaha tutup, orang-orang kehilangan pekerjaan, banyak yang kesusahan sekadar untuk bertahan hidup--semua berjuang melewati masa-masa sulit ini.
Tapi pameran kekayaan sepertinya tidak menyerah dengan pandemi, bahkan dengan resesi yang menyusul setelahnya. Para pejabat kita suka memamerkan kekayaan dan kesuksesan mereka, tentu saja mobil adalah simbol paling populer dari semuanya.
Saat membaca berita tentang para pejabat yang tidak mengendorkan anggaran untuk membeli mobil, saya sedang menonton video di halaman facebook tempo dulu tentang para pejabat di masa-masa awal republik. Tubuh mereka kurus-kurus, pakaian mereka sederhana, beberapa ada yang memakai sepeda--tetapi di tangan mereka politik menjadi metafora perubahan yang kuat.
Politik kita telah lama meninggalkan cita-cita tentang kesederhanaan. Selama bertahun-tahun, para pejabat kita telah dimanjakan dengan mobil mewah dan SPPD, desain kantor sesuka hati, rumah-rumah seperti hotel (beberapa punya lebih dari satu) berdiri di tengah-tengah lahan yang luas.
Apakah salah atau tidak sopan jika orang-orang memiliki buah dari jabatan mereka? Bukan. Ini bukan tentang kesopanan. Ini tentang kepekaan. Apakah para pejabat atau wakil rakyat kita begitu tidak peka terhadap keadaan ekonomi saat ini sehingga mereka mampu bersantai dalam mobil 1,8 miliar sementara jutaan orang stres karena mata pencaharian, dan tidak yakin kapan resesi dari pandemi ini berakhir?
Apakah para pejabat kita perlu hidup mewah untuk memenuhi beban tugas dan tanggung jawab Konstitusional mereka? Sebegitu pentingkah gaya hidup sehingga itu tidak pernah berkurang, bahkan di masa-masa seperti ini?
Bukan maksud saya untuk mempertanyakan hak istimewa yang berhasil diperoleh para pejabat dan politisi kita. Mobil dinas perlu, rumah dinas berikut biaya perawatannya mungkin penting, begitu juga tarif perjalanan, hotel bintang, kartu BBM, staf-staf pendukung...
Tapi mungkin ada hal-hal yang perlu dipertimbangkan sebagai prioritas. Mungkin perlu dipikir lagi: Bukankah lebih baik melimpahkan anggaran publik ke hal-hal yang penting dan berguna, semisal membangun sumber daya manusia atau membantu bisnis-bisnis kecil kembali berjalan?
Banyak hal berubah saat pandemi. Mungkin ada baiknya saat ini para pejabat kita mengerem sedikit pengejaran vulgar terhadap gaya hidup, dan fokus pada kesulitan manusia. (@randualamsyah)