10 Daerah Rawan Cuaca Ekstrem, Saatnya Perhatikan Sistem Drainase Kota

- Selasa, 17 November 2020 | 12:53 WIB
MASIH BIASA: Air pasang di Ulu Benteng, Barito Kuala. Setiap musim hujan Batola mendapat banjir kiriman dari Kabupaten Banjar, Tapin dan Kalimantan Tengah. | Foto: AHMAD MUBARAK/RADAR BANJARMASIN
MASIH BIASA: Air pasang di Ulu Benteng, Barito Kuala. Setiap musim hujan Batola mendapat banjir kiriman dari Kabupaten Banjar, Tapin dan Kalimantan Tengah. | Foto: AHMAD MUBARAK/RADAR BANJARMASIN

BANJARBARU - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memantau anomali iklim global di Samudera Pasifik Ekuator saat ini menunjukkan La Nina memasuki level moderate. Kondisi ini tentu perlu diwaspadai masyarakat, sebab di Kalsel ada beberapa daerah yang rawan bencana.

La Nina sendiri merupakan dinamika atmosfer dan laut yang memengaruhi cuaca di sekitar laut Pasifik. Anomali La Nina seiring dimulainya musim hujan pada bulan Oktober ini berpotensi menjadi pemicu bencana banjir, angin kencang dan tanah longsor.

Akhir-akhir ini cuaca pun sudah mulai tidak bersahabat. Hujan deras disertai angin beberapa kali mendadak mengguyur sejumlah daerah di Banua. Akibatnya, beberapa titik jalan tergenang air.

Senin (16/11) Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui Stasiun Meteorologi Kelas II Syamsudin Noor juga mengeluarkan peringatan dini terkait cuaca ekstrem di Kalsel.

Dalam prospek cuaca harian yang mereka rilis, masyarakat diminta waspada terhadap potensi hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai petir/kilat dan angin kencang pada siang dan sore hari di sejumlah daerah.

Prakirawan Stasiun Meteorologi Kelas II Syamsudin Noor, Rizki Nur Fitriani mengatakan, dalam prakiraan cuaca yang berlaku mulai Selasa (17/11) hingga Rabu (18/11) tersebut ada 10 daerah yang dianggap berpotensi mengalami cuaca ekstrem.

"Daerah-daerah tersebut yakni, Banjarmasin, Banjarbaru, Banjar, Barito Kuala, Hulu Sungai Selatan, Tanah Laut, Tapin, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara dan Tabalong," katanya.

Dia mengungkapkan, dari 10 daerah rawan cuaca ekstrem itu, delapan di antaranya berpotensi terjadi angin kencang. Yaitu, Hulu Sungai Utara, Tabalong, Barito Kuala, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Banjar, Banjarbaru dan Banjarmasin.

Disinggung berapa kecepatan angin di setiap daerah tersebut, menurutnya bervariasi. Tergantung besaran kumpulan awan konvektif yang terbentuk di wilayahnya masing-masing dan intensitas hujannya. "Tapi, pada dasarnya kategori kecepatan angin pada angin kencang itu bisa mencapai lebih dari 25 knots atau 46,3 kilometer per jam," ujarnya.

Sementara itu, terkait perkembangan La Nina, Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Banjarbaru Goeroeh Tjiptanto menuturkan, Indeks ENSO (El Nino-Southern Oscillation) pada November ini telah menunjukkan La Nina memasuki level moderate. "Level La Nina sendiri ada tiga, yakni lemah, moderate dan kuat," tuturnya.

Dia mengungkapkan, catatan historis menunjukkan La Nina dapat menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi jumlah curah hujan bulanan di Indonesia hingga 40 persen di atas normalnya.

Namun, dampak La Nina tidak seragam di seluruh Indonesia. Pada November-Desember peningkatan curah hujan bulanan akibat La Nina dapat terjadi di Kalimantan Selatan dan hampir di seluruh wilayah Indonesia kecuali Sumatera.

“Selanjutnya hingga Februari 2021, peningkatan curah hujan akibat La Nina dapat terjadi di Kalimantan bagian timur, Sulawesi, Maluku-Maluku Utara, dan Papua,” kata Goeroeh.

Lalu bagaimana dengan kesiapan Pemprov Kalsel dengan fenomena ini? Plt Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalsel, Mujiyat menyatakan, sejak 16 Oktober lalu, pihaknya sudah menyampaikan surat edaran kepada pemerintah kabupaten dan kota untuk antisipasi dampak musim hujan.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB
X