BANJARBARU - Harga kelapa sawit di Kalsel sempat anjlok selama pandemi. Namun, dalam beberapa bulan terakhir kondisi tersebut mulai membaik.
Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalsel, Suparmi mengatakan, harga kelapa sawit sempat turun pada periode Juni dan Juli. Setelah itu, di bulan Agustus mulai beranjak naik.
"Pada bulan Juni kelapa sawit usia tujuh tahun hanya Rp1.339, kemudian Juli turun lagi jadi Rp1.270. Tapi, Agustus harga mulai membaik," katanya kepada Radar Banjarmasin, kemarin.
Dia mengungkapkan, dari Agustus sampai sekarang harga kelapa sawit terus meningkat. Bahkan, November ini tembus Rp1.756. "Padahal Oktober tadi masih Rp1.682," ungkapnya.
Naiknya harga kelapa sawit juga diiringi dengan semakin meningkatnya harga CPO (Crude Palm Oil) atau minyak sawit mentah. "Harga CPO bulan ini Rp9.023. Padahal bulan Oktober tadi cuma Rp9.015," beber Suparmi.
Dia menuturkan, agar bisa terus menaikkan harga kelapa sawit dan CPO, pemerintah saat ini semakin meningkatkan pemakaian domestik. "Baik itu untuk oleofood (produk makanan), oleo kimia (produk kimia), maupun biofuel," tuturnya.
Dengan program itu, Suparmi berharap harga kelapa sawit dan CPO bisa bertahan meski diterpa gelombang wabah virus corona. "Karena turunnya harga sawit lantaran dipengaruhi oleh pandemi Covid-19," paparnya.
Saat pandemi sedang gencar-gencarnya, permintaan kelapa sawit memang sempat turun drastis. Data Dinas Perdagangan (Disdag) Kalsel menunjukkan, ekspor kelapa sawit anjlok pada Juni 2020.
Kabid Perdagangan Luar Negeri pada Disdag Kalsel, Riya menyampaikan, ekspor kelapa sawit dari Kalsel di bulan itu hanya 42.650.372 kilogram atau senilai USD23,8 juta.
"Padahal bulan Mei, ekspor kelapa sawit mencapai 85.728.948 kilogram. Dengan nilai USD 42,3 juta," ucapnya.
Beruntung pada Juli ekspor kemudian meningkat, Riya menyatakan, di bulan itu ada 81.003.258 kilogram kelapa sawit yang dijual ke luar negeri. "Sedangkan nilainya mencapai USD34,8 juta," pungkasnya. (ris/ran/ema)