Waspada La Nina dengan Mitigasi Bencana

- Jumat, 20 November 2020 | 11:07 WIB
Penulis: Farina Amelia, M.Pd
Penulis: Farina Amelia, M.Pd

Intensitas dan curah hujan akhir-akhir ini semakin tinggi. Hal ini menjadi pertanda bahwa musim hujan telah tiba. Hujan yang turun terkadang disertai petir dan angin kencang dapat membahayakan siapa saja, baik yang sedang beraktivitas di luar ruangan maupun yang berada di dalam ruangan. 

===========================
Oleh: Farina Amelia, M.Pd
Guru Geografi SMA Negeri 10 Banjarmasin
===========================

Beberapa wilayah di Kalimantan Selatan bahkan sudah ada yang mengalami bencana banjir karena aliran sungai tidak mampu menampung luapan air.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menginformasikan musim hujan kali ini akan diisi fenomena La Nina. La Nina adalah kondisi penyimpangan atau anomali suhu permukaan laut Samudera Pasifik tropis bagian tengah dan timur yang lebih dingin daripada kondisi normalnya. Fenomena ini mengakibatkan tekanan udara di Indonesia menjadi rendah dan lembab.

Dampaknya, akumulasi jumlah curah hujan bulanan di Indonesia meningkat hingga 40% melebihi kondisi normal. Jadi, akan ada peningkatan curah hujan yang berpotensi mengakibatkan bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, angin kencang, tanah longsor, gelombang pasang laut, dan puting beliung.

Banyak kawasan di Indonesia diprediksi akan terdampak La Nina, termasuk Kalimantan Selatan. Stasiun BMKG Banjarbaru memprediksi puncak musim hujan di wilayah Kalimantan Selatan akan terjadi pada bulan Desember 2020 hingga Januari 2021. Dampak La Nina terhadap curah hujan yang terjadi tidak sama, baik secara keruangan (spasial) maupun jangka waktu (temporal). Kondisi ini dipengaruhi oleh kondisi geografis dan iklim wilayah, serta kekuatan La Nina itu sendiri.

Dampak La Nina akan sangat terasa di daerah yang tidak memiliki resapan air yang bagus. Daerah seperti ini mudah tergenang air ketika hujan turun dan jika berlangsung lama, maka akan mengakibatkan banjir. Begitu juga di lereng gunung/bukit. Potensi terjadinya longsor meningkat ketika hujan lebat.

Masalah kesehatan juga akan meningkat seiring tingginya potensi bencana yang terjadi. Terutama pada daerah-daerah yang rawan banjir, penyakit-penyakit menular seperti diare, demam tipus, kolera, disentri, leptospirosis, dan hepatitis A perlu diwaspadai.

La Nina juga memengaruhi cuaca di laut, karena dapat meningkatkan tinggi gelombang akibat kecepatan angin meningkat. Hal ini tentu akan memengaruhi perolehan hasil tangkapan. Nelayan perlu mengetahui prakiraan cuaca dan berhati-hati ketika melaut demi keselamatan diri. Bagi petani, curah hujan yang berlebihan disertai angin kencang dapat membanjiriatau merusak sawahdan kebun. Jika terjadi, tentu akan mengganggu ketahanan pangan.

La Nina bukan fenomena alam yang belum pernah terjadi di Indonesia. Dampak positif dan negatif yang ditimbulkan La Nina telah dirasakan. Pengalaman terkait dampak La Nina, khususnya yang dapat mengakibatkan bencana dan kerugian dapat menjadi pembelajaran bagi berbagai pihak dalam menentukan upaya mitigasi bencana yang akan dilakukan.

Mitigasi bencana adalah upaya untuk menghindari atau mengurangi dampak dan kerugian dari suatu bencana. Kerugian ini dapat berupa adanya korban jiwa, rusaknya infrastruktur, juga rusaknya lahan pertanian dan perkebunan. Ada banyak upaya mitigasi bencana yang bisa dilakukan, baik mitigasi prabencana, ketika terjadi bencana, dan pascabencana.

Pembuatan peta kawasan rawan bencana merupakan salah satu upaya mitigasi prabencana. Peta ini penting untuk dimilikikarena dapat memudahkan pengambil kebijakan merencanakan langkah mitigasi yang akan dilakukan. Misalnya, penyiapan kapasitas saluran drainase untuk mengantisipasi debit air berlebih, merapikan pepohonan di tepi jalan serta mengontrol tiang listrik dan papan baliho yang dapat membahayakan masyarakat ketika hujan lebat turun disertai petir dan angin kencang, serta menyiapkan sistem peringatan dini serta jalur dan tempat evakuasi jika kawasan tersebut berada di kawasan rawan bencana.

Mengedukasi masyarakat juga perlu dilakukan. Misalnya, membuat papan pengumuman dan iklan layanan masyarakat yang berisi pengetahuan mengenai La Nina, dampak, dan mitigasi bencana yang dapat dilakukan. Upaya lainnya yaitu mengimbau masyarakat untuk memonitor prakiraan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG sebelum beraktivitas di luar ruangan. Masyarakat juga diimbau untuk waspada apabila beraktivitas di sekitar aliran sungai yang rawan banjir bandang, pantai, laut, atau di tanah lapang. Bagi masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bencana, diimbau untuk menyiapkan tas siaga bencana apabila evakuasi harus dilakukan.

Masyarakat juga sebaiknya turut aktif dalam mencari informasi di berbagai media, sehingga dapat mempersiapkan diri sejak dini. Masyarakat bisa bergotong-royong membersihkan saluran drainase dan merapikan pepohonan yang rawan tumbang di sekitar tempat tinggal, memeriksa kabel aliran listrik di rumah untuk mencegah korsleting listrik, menyiapkan tas siaga bencana, dan tentunya menjaga kesehatan diri.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Rem Blong, Truk Solar Hantam Dua Rumah Warga

Kamis, 28 Maret 2024 | 19:00 WIB

Masalah Pendidikan Jadi Sorotan Ombudsman

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:50 WIB

Gempa 3,3 Magnitudo Guncang Kotabaru

Kamis, 28 Maret 2024 | 15:58 WIB

Januari hingga Maret, 7 Kebakaran di Balangan

Selasa, 26 Maret 2024 | 15:35 WIB
X