Sarana Produksi Dipotong Pemprov 50 persen, Jangan Lagi Kurangi Bantuan Petani!

- Selasa, 24 November 2020 | 14:09 WIB
Ilustrasi pertanian. | Foto: Jawapos
Ilustrasi pertanian. | Foto: Jawapos

BANJARBARU - Selain terdampak pandemi Covid-19, petani di Banua tahun ini juga harus merasakan adanya pengurangan bantuan dari Pemprov Kalsel.

Bantuan dikurangi, lantaran dialihkannya separuh anggaran Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalsel untuk penanganan virus corona.

Para petani pun berharap, tahun depan tidak ada lagi pengurangan bantuan. Sebab, berkurangnya bantuan membuat mereka semakin sulit menghadapi pagebluk Covid-19.

"Mudah-mudahan bantuan sama lagi dengan tahun-tahun sebelumnya. Kalau dikurangi lagi, tambah sulit hidup kami," kata Kardi, salah seorang petani di Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar.

Dia mengungkapkan, selama Covid-19 mewabah pengeluaran mereka semakin banyak. Sementara pendapatan tidak bertambah. "Harga barang banyak yang naik. Belum lagi harus beli paket internet untuk anak sekolah online," ungkapnya.

Hal senada disampaikan Yusri. Salah seorang petani di Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar ini menuturkan, selama pandemi pengeluaran mereka semakin banyak lantaran berkurangnya bantuan dari pemerintah. "Bantuan pupuk berkurang. Jadi kalau kurang kami beli sendiri," ucapnya.

Dia berharap, tahun depan ada bantuan tambahan untuk petani. Karena menurutnya, petani saat ini sangat diperlukan untuk menjaga produksi beras di Banua.

Terkait hal ini, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalsel, Syamsir Rahman mengaku belum bisa memastikan, bantuan untuk petani dikurangi lagi atau tidak. "Karena kami belum tahu, apakah ada pemotongan anggaran lagi apa tidak," bebernya.

Dia menyampaikan, adanya pemotongan biasanya baru diketahui ketika anggaran 2021 keluar. "Jadi kita tunggu saja nanti," ucapnya.

Untuk tahun ini, anggaran Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalsel dipotong 50 persen. Hal itu membuat mereka mengurangi volume pemberian bantuan sarana produksi (Saprodi) ke para petani.

"Misal, bantuan pupuk yang sebelumnya 50 kilogram untuk lahan satu hektare. Sekarang mungkin cuma 25 kilogram. Termasuk bantuan dolomit, sebelumnya 100 kilogram saat ini hanya 25 kilogram," ungkap Syamsir.

Menurutnya, bantuan memang sangat diperlukan oleh petani. Karena berdasarkan data mereka total ada sekitar 40 ribu petani terdampak pagebluk virus corona. "Petani yang terdampak mulai dari petani penggarap dan buruh tani," ujarnya.

Ribuan petani tersebut terdampak kata dia, lantaran selama pandemi sejumlah harga kebutuhan hidup meningkat. Sementara pendapatan sebagai petani tidak bertambah. "Belum lagi harus membiayai kuota anak untuk belajar secara daring dan biaya listrik yang membengkak," paparnya.

Semakin tingginya biaya hidup, Syamsir menuturkan, banyak petani yang mengurangi pengeluaran dengan cara menggarap lahannya sendiri tanpa menggunakan jasa buruh tani. "Ini yang membuat buruh tani sekarang tidak punya pekerjaan,karena tidak banyak yang menggunakan jasa mereka," tuturnya

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Rem Blong, Truk Solar Hantam Dua Rumah Warga

Kamis, 28 Maret 2024 | 19:00 WIB

Masalah Pendidikan Jadi Sorotan Ombudsman

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:50 WIB

Gempa 3,3 Magnitudo Guncang Kotabaru

Kamis, 28 Maret 2024 | 15:58 WIB

Januari hingga Maret, 7 Kebakaran di Balangan

Selasa, 26 Maret 2024 | 15:35 WIB
X