BANJARMASIN - Sebanyak 55 nelayan di Banjarmasin menerima paket konversi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG).
Kemarin (24/11), Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) Banjarmasin menyalurkan program Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan Komisi VII DPR RI tersebut.
Agar nelayan pengguna kelotok (perahu bermotor) perlahan beralih menggunakan gas.
Pelaksana Tugas (Plt) DKP3 Banjarmasin, Yuliansyah menjelaskan, sekalipun nelayan di Banjarmasin tak berlayar ke laut, hanya di sungai-sungai saja, bukan berarti program ini tak penting.
Menurutnya, BBG bisa meringankan beban pengeluaran nelayan. Sebab, kalau dihitung-hitung, lebih efisien 30 sampai 50 persen. Dibandingkan BBM seperti bensin atau solar.
"Kalau di sini kebanyakan perahu kecil dengan tangkapan udang dan ikan air tawar," ujarnya.
Lalu, bagaimana tanggapan nelayan? Fahrani asal Pengambangan, Banjarmasin Timur, mengaku belum terlalu mengerti penggunaan gas untuk bahan bakar perahu.
Apalagi mesin berbahan bakar gas itu belum dilengkapi indikator. Untuk mengetahui apakah masih penuh, tersisa setengah atau hampir habis.
"Seandainya habis di tengah sungai ke mana mencari gasnya? Kalau bensin, masih bisa dilihat kalau mau habis. Dan bisa menepi untuk membeli," ungkapnya.
Tapi ia terhibur mendengar bahwa kekuatan mesin kelotok BBG bisa bertahan sampai 20 jam.
Artinya, ia bisa berlayar dengan jarak lebih jauh dan hasil tangkapan ikan lebih banyak.
"Biasanya dapat ikan sampai 10 kilogram. Kalau memang bisa bertahan lama, semoga bisa dapat lebih banyak," harap Fahrani. (war/fud/ema)