Hujan Ekstrem dan Antisipasi La Nina

- Kamis, 26 November 2020 | 10:28 WIB
Penulis: Haris Zaky Mubarak, MA
Penulis: Haris Zaky Mubarak, MA

Badan Mateorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kalimantan Selatan (Kalsel) kembali menyampaikan peringatan keras terhadap ancaman adanya cuaca ekstrem berupa hujan dengan intensitas tinggi, sebagai akibat dari fenomena La Nina. Dalam pengertiannya, fenomena ini merupakan anomali sistem iklim global yang ditandai dengan hadirnya situasi dingin tak biasa, memiliki anomali dengan perubahan suhu-0,5 derajat Celcius diarea yang sama. Hadirnya cuaca ekstrem dengan hujan lebat yang melanda seluruh kawasan Indonesia akhir – akhir ini dikhawatirkan menyebabkan kelongsoran dan banjir.

================================
Oleh: Haris Zaky Mubarak, MA
Direktur Eksekutif Jaringan Studi Indonesia
================================

BMKG Indonesia secara khusus bahkan mengeluarkan prediksi bahwa puncak musim hujan akan terjadi pada bulan Januari hingga Februari 2021 mendatang. Untuk wilayah Kalsel, data klimatologi menunjukkan terjadinya peningkatan curah hujan pada sebagian wilayah Barat dan Utara Kalsel yang meliputi Tanah Laut, Banjar, Banjarbaru, Banjarmasin, Barito Kuala, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Balangan, dan Tabalong. Dari data prediksi tersebut, warga Kalsel diharapkan dapat selalu waspada dengan perubahan cuaca ekstrim yang dapat terjadi sewaktu – waktu.

Seluruh masyarakat perlu waspada dan siap siaga terhadap segala potensi bencana hidrometeorologi yang mengintai masyarakat dalam beberapa bulan ke depan. Meningginya frekuensi dan curah hujan di wilayah Indonesia hingga tahun depan jauh lebih tinggi dibandingkan pada tahun sebelumnya. Potensi hidrometeorologi seperti halnya banjir, longsor, gempa dan tsunami diprediksikan akan muncul.

Fenomena La Nina ini secara nyata memang harus diwaspadai karena sangat berpotensi memicu terjadi bencana alam hidrometrologi. Bencana alam semacam ini akan membawa bahaya tersendiri pada keselamatan masyarakat karena terjadi ditengah kondisi pandemi Covid-19 yang sejatinya sudah cukup menyulitkan aktivitas masyarakat.

Sistem Pelindungan

Bagi Indonesia, fenomena La Nina yang terjadi pada periode awal musim hujan berpotensi meningkatkan jumlah curah hujan di sebagian besar wilayah, menurut keterangan resmi BMKG. Dampak fenomena La Nina terhadap curah hujan di Indonesia tidak seragam, baik secara spasial maupun temporal, bergantung pada musim/bulan, wilayah, dan kekuatan La Nina sendiri. Selain pengaruh sirkulasi angin monsun dan anomali iklim di Samudera Pasifik, penguatan curah hujan di Indonesia juga turut dipengaruhi oleh penjalaran gelombang atmosfer ekuator dari barat ke timur berupa gelombang MJO (Madden Julian Oscillation) dan Kelvin, atau dari timur ke barat berupa gelombang Rossby.

Besarnya aktivitas MJO di wilayah Indonesia merupakan klaster/kumpulan awan berpotensi hujan. Aktifitas fenomena La Nina dan MJO pada saat yang bersamaan ini dapat berkontribusi signifikan terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia. Berdasarkan kondisi tersebut di atas, BMKG memprakirakan dalam periode sepekan ke depan akan terjadi peningkatan curah hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang. Hadirnya La Nina menyebabkan kondisi penyimpangan (anomali) suhu permukaan laut Samudera Pasifik tropis bagian tengah dan timur yang lebih dingin daripada kondisi normalnya.

Mengantisipasi bencana La Nina di Indonesia, semua lapisan pemerintah baik pusat dan daerah mulai intens untuk dapat meningkatkan koordinasi terpadu dengan pihak Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polisi Republik Indonesia (Polri), serta lembaga terkait lainnya secara bersama–sama perlu melakukan langkah komprehensif dalam mitigasi perlindungan dalam hal perbaikan tata kelola air dari hulu ke hilir, serta optimalisasi danau, sungai dan kanal supaya dapat mengantisipasi debit air yang berlebih.

Sistem perlindungan mengantisipasi bencana alam saat ini juga harus disesuaikan dengan situasi krisis pandemi Covid-19. Utamanya menyiapkan tempat-tempat pengungsian di daerah rawan bencana. Jika pemerintah menyiapkan tempat relokasi pengungsian maka tempat-tempat pengungsian yang dipersiapkan perlu mengikuti berbagai langkah aturan dari protokol kesehatan mengantisipasi terjadinya penularan Covid-19 serta penyakit-penyakit lainnya.

Kesiapsiagaan dalam menyiapkan jalur evakuasi, peringatan desa-desa di kawasan rawan bencana maupun upaya pencegahan lain harus menjadi kunci utama dari program mitigasi bencana alam. Koordinasi terpadu antara Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), serta Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk dapat mendeteksi tsunami atau early warning system (EWS) menjadi hal yang tak dapat dikesampingkan dalam mengantisipasi kehadiran La Nina.

Saat ini muncul terobosan dari BNPB bersama beberapa kementerian dan lembaga yang mengeluarkan aplikasi android peta risiko bencana bernama InaRISK. Dalam aplikasi ini termuat peta gempa bumi, peta potensi tsunami, peta potensi banjir, hingga peta potensi tanah longsor, dan informasi tanggap bencana. Informasi ini terus di-update secara berkala sehingga dapat menjadi referensi bagi pengambil kebijakan. Meski praktis tapi pengenalan aplikasi android ini masih minim diketahui dalam ruang pengetahuan masyarakat.

Dalam jangka panjang, para pengambil kebijakan perlu untuk kemudian memberikan edukasi soal mitigasi bencana. Jika ada potensi hujan yang ekstrem, maka wilayah mana saja yang harus siap siaga untuk dapat mewaspadai terjadinya bencana secara lebih besar. Kondisi topografi di Indonesia yang berbeda-beda, maka dampak La Nina tak seragam di seluruh wilayah. Dampaknya adalah banjir hingga tanah longsor. Hal ini yang harus menjadi perhatian dan kewaspadaan seluruh masyarakat.

Kesiapan Pemerintah Provinsi Kalsel, khususnya kesiapan menghadapi banjir yang kerap terjadi ketika musim hujan. Saat ini dari sejumlah kabupaten/kota, baru Kabupaten Barito Kuala yang sudah menetapkan siaga banjir. Untuk kawasan Kalsel secara keseluruhan, Pemprov belum menetapkan status siaga banjir. Saat ini status siaga darurat yang masih berlaku di Kalsel adalah status siaga Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) masih berlaku sampai akhir November 2020. Dengan membaca perkembangan La Nina yang mulai intens, idealnya Pemprov Kalsel mudah mulai berani mempersiapkan perencanaan status siaga darurat untuk antisipasi curah hujan ekstrim dan antisipasi La Nina.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Rem Blong, Truk Solar Hantam Dua Rumah Warga

Kamis, 28 Maret 2024 | 19:00 WIB

Masalah Pendidikan Jadi Sorotan Ombudsman

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:50 WIB

Gempa 3,3 Magnitudo Guncang Kotabaru

Kamis, 28 Maret 2024 | 15:58 WIB

Januari hingga Maret, 7 Kebakaran di Balangan

Selasa, 26 Maret 2024 | 15:35 WIB
X