Misbach Tamrin

- Kamis, 26 November 2020 | 10:34 WIB

BULAN ini, dua kali saya teringat kepada Pak Misbach.

====================
Oleh: Syarafuddin
Editor Halaman Metropolis Radar Banjarmasin
====================

Pertama, sehabis membaca Amba karya Laksmi Pamuntjak. Novel berlatar sejarah yang terbit tahun 2012.

Tokoh utama cerita, Amba Kinanti dan Bhisma Rashad, naik becak menuju Sanggar Bumi Tarung di Yogyakarta. Dalam suasana ketidakpastian setelah 30 September 1965 meletus.

Pasangan ini dipisahkan pergolakan politik. Amba hamil. Dan Bhisma, dokter lulusan Universitas Karl Marx di Leipzig, dibuang ke Pulau Buru.

Saya pertama kali mendengar tentang Bumi Tarung dari Pak Misbach. Dia salah seorang pendirinya.

Kedua, saat Metropolis edisi Rabu (25/11) menurunkan feature tentang pameran Membaca Misbach di Bengkel Lukis Sholihin.

Ada 23 lukisan dipamerkan. Empat di antaranya karya Pak Misbach. Dibuka sampai 28 November, silakan pembaca mengunjungi pameran di Taman Budaya Kalsel tersebut.

Saya pertama kali bertemu Pak Misbach tiga tahun silam, September 2017.

Latar belakang, publik sedang bersemangat memutar ulang Penumpasan Pengkhianatan G30S-PKI. Disutradarai Arifin C Noer, film itu dirilis tahun 1984

Zaman Orde Baru, saban tahun film itu diputar TVRI. Selepas reformasi, penayangannya disetop karena dituding sarat propaganda.

Entah siapa yang memicu nostalgia itu. Saya ingat, Lapangan Murjani di Banjarbaru disesaki warga. Duduk lesehan, penonton dengan sabar menanti bioskop misbar itu dibuka.

Hampir serentak, film berdurasi 4 jam 31 menit itu diputar di banyak kota dan kabupaten.

Di tengah histeria tentang hantu komunis, redaksi Radar Banjarmasin malah bertekad mengangkat kisah Misbach Tamrin.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Banjarmasin Pulangkan 10 Orang Terlantar

Jumat, 26 April 2024 | 14:30 WIB
X