MANAGED BY:
RABU
31 MEI
BANUA | HUKUM & PERISTIWA | BISNIS | RADAR MUDA | FEATURE | SPORT | RAGAM INFO | PROKALTORIAL | FEMALE

BISNIS

Senin, 30 November 2020 11:22
Produksi Batubara Kalsel Turun
Ilustrasi

BANJARBARU - Berkurangnya permintaan batubara selama pandemi Covid-19, membuat sejumlah perusahaan memilih untuk mengurangi aktivitasnya. Kondisi ini mengakibatkan produksi batubara Kalsel sejak pertengahan tahun mengalami penurunan.

Kasi Penataan dan Pengembangan Wilayah pada Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kalsel, M Iswahyudi mengatakan, produksi batubara mulai turun pada Mei 2020. Saat itu, emas hitam yang dihasilkan Banua hanya 4,7 juta ton.

"Padahal pada bulan sebelumnya (April) produksi batubara mencapai 5,5 juta ton," katanya kepada Radar Banjarmasin.

Ironisnya, pada bulan selanjutnya: Juni, produksi batubara kembali merosot. Hanya berada di angka 4,1 juta ton. "Pada bulan Juni ini produksi batubara Kalsel menjadi yang terendah pada tahun ini," ujar Iswahyudi.

Sedangkan pada bulan Juli, dia menyebut produksi batubara mulai naik. Menjadi 4,3 juta ton. Agustus juga trennya masih naik, yakni 5 juta ton. "Tapi, September turun lagi jadi 4,7 juta ton," sebutnya.

Turunnya produksi batubara tahun ini seiring dengan melesunya penjualannya. Hingga triwulan III 2020, pemasaran batubara Kalsel hanya sekitar 44,7 juta ton. Sementara pada 2019 di periode yang sama, batubara yang terjual mencapai 50,7 juta ton.

"Jadi perbandingan triwulan satu sampai triwulan tiga 2020 dengan 2019, penjualan batubara kita turun 6 juta ton," beber Iswahyudi.

Dia mengungkapkan, penjualan dan produksi batubara Kalsel mengalami penurunan disebabkan oleh banyaknya perusahaan pengguna batubara yang tidak beroperasi selama pandemi Covid-19. Sehingga, permintaan pun berkurang.

"Apalagi pada masa PSBB (pembatasan sosial berskala besar), banyak perusahaan yang memilih tutup. Jadi penjualan batubara anjlok," ungkapnya.

Ditambahkannya, perusahaan yang biasa membeli batubara Kalsel sebagian besar dari Jawa. Seperti, pabrik kosmetik, semen, tekstil dan lain-lain. "Perusahaan ini yang banyak tutup saat pandemi. Untungnya, permintaan dari pembangkit listrik tidak berkurang," tambahnya.

Iswahyudi menyampaikan, penjualan batubara dari Banua benar-benar anjlok pada Juni 2020. Saat itu hanya sekitar 4,1 juta ton yang terjual. "Karena saat itu corona sedang tinggi-tingginya. Selain perusahaan di Indonesia, perusahaan luar negeri juga banyak yang tidak membeli batubara," ucapnya.

Dia menuturkan, penjualan batubara Kalsel ke luar negeri pasar utamanya adalah Cina. Pada triwulan II negara ini sempat menutup permintaan batubara. "Triwulan III mereka mulai membuka lagi, sehingga ada sedikit kenaikan penjualan batubara," tuturnya.

Selain batubara, penjualan kelapa sawit dari Kalsel juga sempat anjlok pada pertengahan tahun ini. Namun, dalam beberapa bulan terakhir kondisi tersebut dapat membaik.

Di samping itu, harga kelapa sawit sempat turun pada periode Juni dan Juli. Setelah itu, di bulan Agustus juga mulai beranjak naik.

"Pada bulan Juni kelapa sawit usia tujuh tahun hanya Rp1.339, kemudian Juli turun lagi jadi Rp1.270. Tapi, Agustus harga mulai membaik," papar Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalsel, Suparmi.

Dia mengungkapkan, dari Agustus sampai sekarang harga kelapa sawit terus meningkat. Bahkan, November ini tembus Rp1.756. "Padahal Oktober tadi masih Rp1.682," ungkapnya.

Naiknya harga kelapa sawit juga diiringi dengan semakin meningkatnya harga CPO (Crude Palm Oil) atau minyak sawit mentah. "Harga CPO bulan ini Rp9.023. Padahal bulan Oktober tadi cuma Rp9.015," beber Suparmi.

Saat pandemi sedang gencar-gencarnya, permintaan kelapa sawit memang sempat turun drastis. Data Dinas Perdagangan (Disdag) Kalsel menunjukkan, ekspor kelapa sawit anjlok pada Juni 2020.

Kabid Perdagangan Luar Negeri pada Disdag Kalsel, Riya menyampaikan, ekspor kelapa sawit dari Kalsel di bulan itu hanya 42.650.372 kilogram atau senilai USD23,8 juta.

"Padahal bulan Mei, ekspor kelapa sawit mencapai 85.728.948 kilogram. Dengan nilai USD 42,3 juta," ucapnya.

Beruntung pada Juli ekspor kemudian meningkat, Riya menyatakan, di bulan itu ada 81.003.258 kilogram kelapa sawit yang dijual ke luar negeri. "Sedangkan nilainya mencapai USD34,8 juta," pungkasnya. (ris/ran/ema)


BACA JUGA

Selasa, 15 September 2015 13:40

Gedung Sekolah Negeri di Banjarbaru Ini Hancur, Siswa Sampai Harus Kencing di Hutan

<p>RADAR BANJARMASIN - Ironis, itulah kata yang tepat menggambarkan kondisi SMPN 6 Banjarbaru.…

Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers