Terduga Pembunuh Anak Kandung Masih Meracau, Mengaku Sempat Diajak ke Surga

- Selasa, 1 Desember 2020 | 12:25 WIB
DIHIBUR KELUARGA: I dihibur oleh keluarganya di desa Baru Kecamatan Batu Benawa. Setiap malam ia masih kesulitan tidur karena trauma. | FOTO: JAMALUDDIN/RADAR BANJARMASIN
DIHIBUR KELUARGA: I dihibur oleh keluarganya di desa Baru Kecamatan Batu Benawa. Setiap malam ia masih kesulitan tidur karena trauma. | FOTO: JAMALUDDIN/RADAR BANJARMASIN

BARABAI- Sudah hampir sepekan Sutarti dirawat di Poli Kejiwaan RS Kandangan. Terduga pembunuh anak kandungnya sendiri ini sedang menjalani masa observasi untuk dilihat kesehatan mentalnya.

Dalam sepekan itu, Sutarti tidak menunjukkan perubahan. Hingga tadai malam belum ada perkembangan yang signifikan terhadap perilaku dan sikap Sutarti. "Masih sering meracau seperti awal dibawa ke rumah sakit," kata Kasat Reskrim Polres HST AKP Dany Sulistiono, Senin (30/11).

Sesuai standar operasional prosedur (SOP) penanganan kesehatan kejiwaan, Sutarti akan menjalani masa observasi selama tujuh hari. Jika masih belum ada hasil maka ditambah tujuh hari lagi. Jika selama 14 hari masih belum ada perubahan masa observasi akan ditambah tujuh hari lagi. "Jika sudah 21 hari dan masih saja belum berubah maka akan dirawat inap," jelasnya.

Saat ini penanganan ibu muda 27 tahun itu sepenuhnya diserahkan oleh pihak rumah sakit. Namun pihak keluarga diperolehkan jika ingin menjenguk. Jika Sutarti memang memiliki gangguan kejiwaan maka tidak akan dikenakan pidana. Lalu bagaimana ternyata kondisi kejiwaan Sutarti stabil?

"Pasal yang akan disangkakan pasal 80 ayat 3 Undang-undang perlindungan anak ancaman kurungan 15 tahun penjara. Kemudian hukuman ditambah sepertiga karena Sutarti ibu kandung korban," beber Kasat.

Sampai sekarang penyidik sudah memeriksa lima saksi dari kasus ini. Salah satunya anak tiri Sutarti yang masih berusia delapan tahun. Bocah yang melihat sendiri peristiwa pembunuhan dua saudara tirinya itu kondisinya sekarang sedang mengalami trauma.

I Sekarang berada di desa Baru Kecamatan Batu Benawa dan tinggal bersama kakeknya dan dirawat keluarga terdekat. Diceritakan pihak keluarga, setiap malam I tidak bisa tidur pulas. "Tiap tidurnya gelisah. Tidurnya jadi susah," cerita keluarga I yang namanya enggan dikorankan.

Pihak keluarga juga menceritakan dalam sepekan ini sikap I jadi pendiam. Dia bisa mendadak berubah sedih saat teringat kata-kata Sutarti yang hendak menghabisi nyawanya. Diceritakan I, ia sempat diajak Sutarti untuk ke surga menemui Ahmad Arifin ayah kandungnya yang sudah satu bulan lebih meninggal dunia. Beruntung gadis yang masih duduk di bangku kelas tiga sekolah dasar (SD) itu berhasil kabur.

Peristiwa yang menimpa I ternyata menjadi perhatian masyarakat Kalsel khususnya di Banua Enam. Dukungan dan bantuan dari komunitas anak dari luar daerah HST mulai berdatangan.

Pihak keluarga berharap I mendapatkan support dari orang-orang baik di HST. Terutama pihak Pemerintah Daerah Hulu Sungai Tengah agar menyiapkan konselor atau psikolog guna membantu I sembuh dari trauma.(mal/ran/ema)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kasus Sekuriti Bunuh Petani Mulai Disidangkan

Minggu, 17 Maret 2024 | 18:20 WIB

Pemuda Sampit Diserang OTK, Perutnya Ditusuk

Minggu, 17 Maret 2024 | 16:50 WIB
X