PROKAL.CO,
Keputusan empat menteri tentang pembelajaran tatap muka di sekolah yang akan diberlakukan di awal semester genap, Januari 2020, cukup mengejutkan saya sebagai salah seorang tenaga pendidik yang mengajar di SMA.
=========================
Oleh: Lisna Ariyani
Guru SMA Negeri 1 Karang Intan
=========================
Keterkejutan yang saya rasakan ini merupakan campuran antara senang dan khawatir. Senang, karena sebagai seorang pengajar, saya sangat merasakan bagaimana kesulitan-kesulitan dan kendala yang harus saya, orang tua, dan peserta didik hadapi selama melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Tak perlu kita uraikan satu-persatu apa saja kesulitan pembelajaran dengan sistem daring tersebut.
Yang pasti, ketidaktersediaan fasilitas, sarana internet, kurangnya pemahaman orang tua dalam aktivitas pendampingan belajar anak, dan bahkan kesalahkaprahan tenaga pendidik sendiri dalam mengartikan dan melaksanakan pembelajaran daring, merupakan hal-hal yang sudah sangat umum kita dengar.
Dengan diberlakukannya sistem pembelajaran secara tatap muka, maka penanaman konsep keilmuwan dan pendidikan karakter akan semakin terkontrol dan mudah untuk dilakukan bagi peserta didik.
Khawatir. Ya, saya juga menyimpan rasa khawatir selain rasa senang karena akan segera bertemu dengan peserta didik saya. Kekhawatiran saya bukannya tidak beralasan. Karena meskipun dari harian online Republika.co.id pada tanggal 17 November 2020 memberitakan bahwa 11.441 orang telah sembuh dari kasus pasien Covid-19 di Kalsel yang mencapai 12.559 orang, namun tetap saja virus yang menggemparkan seluruh dunia ini masih ada dan siap menyerang bagi siapa saja.