BANJARMASIN - Diam-diam, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banjarmasin membangun dua rumah lanting. Yakni Galeri Terapung Sasirangan dan Rumah Lanting Mantuil.
Yang pertama berlokasi di Kampung Sasirangan, Sungai Jingah. Persis di belakang Musala Almuttaqin. Kedua di Kelurahan Mantuil, dekat jembatan gantung Pulau Bromo.
"Ini pancingan kepada investor untuk bergabung dalam pengembangan pariwisata kita," kata Kepala Disbudpar Banjarmasin, Ikhsan Alhaq, kemarin (1/12).
"Keduanya akan dihibahkan kepada pokdarwis (kelompok masyarakat sadar wisata) setempat," tambahnya.
Melihat bentuknya, dua rumah lanting ini bakal menjadi viral. Di Sungai Jingah, atapnya dibangun dengan gaya tanggui. Topi khas Banjar yang dianyam dari daun nipah. Sementara di Mantuil, dibangun dengan gaya rumah adat Banjar.
Keduanya mulai dibangun pada Oktober tadi. Dari APBD, dialokasikan Rp200 juta untuk anggaran pembangunannya.
Ikhsan berharap, keberadaan rumah lanting ini bisa mendongkrak peminat wisata susur sungai.
Warga yang tinggal di dekat rumah lanting, Mariani, mengaku bangga melihatnya. "Alhamdulillah, nama kampung kami jadi terangkat," ujarnya.
Dalam kesempatan ini, dia berharap pemko menertibkan oknum-oknum yang bandel. Mereka yang sering membuang sampah rumah tangga ke Sungai Martapura.
"Contoh, itu saja depan galeri masih ada sampah plastik nyangkut," tunjuknya. "Demi kenyamanan bersama juga. Kalau sungai bersih, semua bisa menikmatinya," pungkas Mariani.
Di Kota Seribu Sungai, kian sulit menemukan rumah lanting. Padahal, rumah lanting merupakan warisan budaya. Orang Banjar yang dekat dengan sungai dan hidup bersamanya. (war/fud/ema)