Kalsel Alami Inflasi 0,69 Persen

- Sabtu, 5 Desember 2020 | 08:20 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi

BANJARBARU - Setelah sempat terjadi deflasi karena pandemi Covid-19. Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel mencatat, November tadi Banua mengalami inflasi sebesar 0,69 persen. Dengan Indeks Harga Konsumen (IHK), 105,94.

Kepala BPS Kalsel, Moh Edy Mahmud mengatakan, inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh sebagian besar indeks kelompok pengeluaran. "Ada delapan kelompok yang mengalami kenaikan harga tertinggi," katanya melalui Kanal Youtube BPS Kalsel, baru-baru tadi.

Dirincikannya, delapan kelompok tersebut yakni kelompok pakaian dan alas kaki yang mengalami inflasi sebesar 1,52 persen. Disusul kelompok transportasi serta kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar, 1,22 persen; kelompok kesehatan, 1,12 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya, 0,98 persen.

Lalu, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar lainnya, 0,24 persen; kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga, 0,23 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran, 0,18 persen. "Kemudian kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,01 persen," rincinya.

Dia mengungkapkan, kelompok pakaian dan alas kaki mengalami inflasi terbesar lantaran kedua subkelompoknya mengalami kenaikan. Yaitu, subkelompok pakaian sebesar 1,63 persen dan subkelompok alas kaki sebesar 1,04 persen.

"Dengan naiknya kedua subkelompoknya, maka kelompok pakaian dan alas kaki pada November 2020 memberikan andil inflasi sebesar 1,52 persen," ungkapnya.

Selain ada yang naik, Edy menyampaikan ada pula kelompok yang mengalami penurunan indeks harga. Diantaranya, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,17 persen. "Sementara kelompok pendidikan tidak mengalami perubahan indeks harga dibandingkan Oktober," ucapnya.

Jika berbicara komoditas, dia menuturkan, jenis yang paling banyak mengalami kenaikan harga dan memberikan andil inflasi tertinggi di Kalsel adalah angkutan udara, daging ayam ras, bawang merah, telur ayam ras dan bahan bakar rumah tangga.

"Sedangkan, komoditas yang mengalami penurunan harga dengan andil deflasi tertinggi, antara lain, emas perhiasan, sepeda motor, kacang panjang, bayam dan ikan tongkol," tuturnya.

Secara terpisah, menanggapi data BPS Kalsel, Kepala Dinas Perdagangan Kalsel Birhasani menjelaskan, terjadinya inflasi bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Namun dengan memperhatikan kondisi saat ini, menurutnya inflasi terjadi lantaran ekonomi Kalsel sudah mulai bergerak positif.

Dia memaparkan, ekonomi Kalsel bergerak positif ditandai dengan meningkatnya belanja pemerintah. Baik pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota se-Kalsel. "APBD perubahan umumnya sudah disahkan dan mulai dibelanjakan, sehingga terjadi peningkatan permintaan akan barang tertentu," paparnya.

Meningkatnya belanja pemerintah menurutnya berdampak pada peningkatan permintaan atau belanja masyarakat. Sehingga terjadi perputaran uang yang dinamis di pasar.

"Dengan demikian daya beli masyarakat secara perlahan sudah mulai membaik, karena aktivitas ekonomi dari berbagai sektor, seperti perhotelan, pasar, kafe, tempat wisata dan lain-lain mulai buka. Meski harus menerapkan protokol kesehatan," pungkasnya. (ris/ran/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB
X