Jadi pengusaha itu gampang. Saking gampangnya, syaratnya hanya dua: kemauan dan jangan gengsi. Kalau untung, jangan lupa berbagi.
-- Oleh: WAHYU RAMADHAN, Banjarmasin --
ITU prinsip Hamdani. Orangnya ramah. Siapa pun yang datang berkunjung ke rumahnya, disambut seulas senyum.
Sudah selama empat bulan ia menggeluti dunia perdagangan barang loak. Dikunjungi di kiosnya kemarin (4/12) siang, lelaki 48 tahun itu tampak santai. Mengisap tembakau sembari menonton televisi.
Kios milik ayah dua anak itu menyatu dengan rumah. Persis di bawah pohon besar nan rindang di pinggir Jalan PM Noor, Banjarmasin Barat.
Seperti yang Anda bayangkan. Kiosnya dijejali barang bekas. Saking penuhnya, untuk duduk perlu menyibak barang-barang yang bergelantungan.
Di kiosnya, Hamdani menjual berbagai macam. Dari barang elektronik, suku cadang motor, hingga gerobak pentol!
"Kalau gerobak ini, ada orang yang menitipkan untuk dijual. Bukan milik saya," ucapnya seraya terkekeh.
Hamdani sebelumnya peronda malam sukarela di sebuah gudang. Artinya, bila diupah diterima. Bila tidak, pun tak apa-apa.
Namun, ada mulut anak dan istri yang harus dikasih makan. Ia memutar otak, hingga muncul kesimpulan untuk berdagang.
"Waktu itu, menurut saya, membuka usaha tanpa modal ya berjualan barang bekas," ujarnya.
Ingin membuka usaha lain, masalahnya tak ada modal. "Dari berjualan barang bekas, alhamdulillah perlahan ada rezeki untuk saya sekeluarga," bebernya.
Dia bahkan masih ingat barang bekas yang pertama kali dijual. Yakni sebuah kipas angin yang dibuang pemiliknya. Teronggok di bak sampah, tak jauh dari rumahnya.
"Saya bersihkan, kemudian saya letakkan begitu saja di depan rumah. Tak lama, ternyata ada yang mengetuk dan menanyakan harganya," kenangnya.