Masuki Masa Panen, Harga Gabah Kalsel Turun

- Senin, 7 Desember 2020 | 12:52 WIB
MURAH: Gabah kering yang dipanen petani. Harga gabah menurun setelah memasuki masa panen. | FOTO: DOK/RADAR BANJARMASIN
MURAH: Gabah kering yang dipanen petani. Harga gabah menurun setelah memasuki masa panen. | FOTO: DOK/RADAR BANJARMASIN

BANJARBARU - Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel bulan ini merilis harga Gabah Kering Panen (GKP) di Kalsel pada November 2020. Dari data mereka disebutkan, harga gabah di tingkat petani dan penggilingan rata-rata mengalami penurunan.

Kepala BPS Kalsel, Moh Edy Mahmud mengatakan, di tingkat petani rata-rata harga GKP turun 4,75 persen: dari Rp5.774,87 per kilogram di Oktober menjadi Rp5.500,43 per kilogram pada bulan November.

"Sementara harga gabah di tingkat penggilingan turun 4,73 persen, dari Rp5.877,17 per kilogram menjadi Rp5.598,95 per kilogram," katanya melalui Kanal Youtube BPS Kalsel, baru-baru tadi.

Dia mengungkapkan, harga rata-rata GKP diketahui melalui survei produsen gabah yang mereka lakukan di 10 kabupaten. Meliputi, Tanah Laut, Banjar, Barito Kuala, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Tabalong, Tanah Bumbu dan Balangan. "Berdasarkan komposisinya, jumlah observasi harga gabah didominasi GKP sebanyak 51 observasi," ungkapnya.

Dari pengamatan mereka, Edy menyebut, salah satu faktor yang membuat harga GKP Kalsel mengalami penurunan ialah lantaran pada bulan November di beberapa kabupaten memasuki masa panen.

"Selain itu penurunan harga juga dikarenakan permintaan yang menurun pada jenis padi kualitas baik (harga mahal), dan transaksi bulan November didominasi oleh padi kualitas menengah," sebutnya.

Jika dilihat jenisnya, dia menuturkan, varitas Ciherang dari Kecamatan Tapin Tengah, Kabupaten Tapin menjadi yang paling rendah harganya. Di tingkat petani hanya Rp4.500 per kilogram.

"Harga tertinggi terdapat di Kecamatan Mekarsari, Kabupaten Barito Kuala dengan varitas Siam Unus. Harganya mencapai Rp7.500 per kilogram di tingkat petani," tuturnya.

Terkait komponen mutu gabah, Edy menjelaskan, secara umum masih cenderung fluktuatif. Terjadi kenaikan persentase kadar air dari 15,04 persen di Oktober 2020 menjadi 15,19 persen pada bulan November 2020. "Sementara kadar hampa/kotoran gabah kualitas GKP bulan November sebesar 3,70 persen," jelasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalsel, Syamsir Rahman tak menampik harga gabah di Banua mengalami penurunan di bulan November.

"Iya ada penurunan pada bulan November. Ini biasa terjadi pada saat musim panen raya. Tapi sekarang sudah berangsur naik sampai dengan panen berikutnya," ujarnya kepada Radar Banjarmasin, kemarin.

Dia menyampaikan, harga gabah Kalsel selama ini memang fluktuatif. Ketika panen tiba, harganya turun. Namun, saat musim panen selesai maka berangsur naik.

Disinggung terkait produksi gabah, Syamsir mengungkapkan, hingga bulan ini produksi Gabah Kering Giling (GKG) sudah 2.020.374 ton. "Kalau disetarakan beras akan menjadi sekitar 1,5 juta ton," ungkapnya.

Dengan jumlah produksi sebanyak itu, dia menyebut bahwa beras Kalsel saat ini sudah surplus sekitar 1,1 juta ton. "Karena kebutuhan beras masyarakat Banua sebanyak 4,3 jiwa jiwa hanya 400 ribu ton setahun," pungkasnya. (ris/ran/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ekonomi Bulungan Tumbuh 4,60 Persen

Kamis, 28 Maret 2024 | 13:30 WIB

2024 Konsumsi Minyak Sawit Diprediksi Meningkat

Selasa, 26 Maret 2024 | 12:21 WIB
X