Bertahan di Kota dengan Semangat Sisa

- Sabtu, 12 Desember 2020 | 14:27 WIB
WONG CILIK: Toliyah menjajakan keripik singkong dengan bersepeda. Sementara putrinya yang penyandang disabilitas, menjadi tukang pijat. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN
WONG CILIK: Toliyah menjajakan keripik singkong dengan bersepeda. Sementara putrinya yang penyandang disabilitas, menjadi tukang pijat. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN

Inilah kisah Toliyah, perempuan 60 tahun dan anak tunggalnya, Sri Widawati. Keduanya bertahan hidup sebagai perantau di Kota Seribu Sungai.

-- Oleh: WAHYU RAMADHAN, Banjarmasin --

TOLIYAH sudah kenyang dengan asam garam kehidupan. Gonta-ganti pekerjaan tak kunjung membuat hidupnya berubah. Dapur mengepul pun sudah syukur.

Merantau ke Banjarmasin sejak 1990 silam, perempuan kelahiran Malang tahun 1960 itu kini tinggal di sebuah rumah bedakan. Di Jalan Ahmad Yani, belakang Stadion Lambung Mangkurat.

Tepatnya di kawasan SMP PGRI 2. Kontrakan nomor 37 di Kelurahan Pemurus Baru. Di situ, dia tinggal bersama putri semata wayangnya.

Ditemui kemarin (11/12) siang, Toliyah baru saja kembali dari sebuah kompleks perumahan, tak jauh dari sana. Sejak sebulan terakhir, dia bekerja sebagai tukang bersih-bersih di sebuah rumah kosong.

"Sekarang, tinggal menjual keripik singkong ini," ucapnya sambil memasukkan keripik ke dalam bungkusan-bungkusan plastik kecil.

Tak punya modal untuk membuat gerobak apalagi kios, keripik dijajakannya bersepeda. Atau menitipkan dagangannya ke sejumlah warung makan.

Keuntungan dari menjual keripik itulah yang digunakan untuk menghidupi putrinya Sri Widawati.

"Kadang laku, kadang tidak. Tapi lebih banyak tidak lakunya," ungkapnya. Dari sini pula Toliyah mendapat julukan 'Bule Keripik'.

Saat membungkus, Toliyah dibantu putrinya. Yang ternyata mengalami kebutaan di kedua matanya sejak lahir. Kendati demikian, bukan berarti Sri tak punya keahlian.

Lahir tahun 1983, Sri punya ijazah. Yang dikeluarkan UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang pada 2010 lalu. Tamat pelatihan sebagai tukang pijat.

Kepada Radar Banjarmasin, Sri menuturkan, sejak pandemi, pasien pijatnya tak lagi datang. Padahal, biasanya dalam sepekan, ada empat sampai enam pasien yang dipijatnya.

"Sekarang, seorang pun sudah tidak ada yang datang," tuturnya lirih.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Banjarmasin Pulangkan 10 Orang Terlantar

Jumat, 26 April 2024 | 14:30 WIB
X