Adapula Dewi Alfianti, Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) yang bakal mengisi kelas ulasan film.
Adapun terkait ajang screening film AFK 2020, program-program terdahulu seperti Lingkar Kalimantan (pemutaran karya perwakilan tiap provinsi), Bauntung Batuah (pemutaran film produksi pelajar), serta Lestari (pemutaran film bertemakan lingkungan), tetap dilaksanakan.
Untuk malam penganugerahan, panitia sudah menjaring 9 film dari berbagai provinsi di tanah Kalimantan. Sederet film dari berbagai genre tersebut menjadi nominasi penghargaan Mandau Emas (untuk mahasiswa/umum) dan Mandau Perak (untuk pelajar).
Munir menjelaskan bahwa film-film yang sudah dikurasi dalam festival kali ini disepakati bertemakan 'Rumah'. Tema ini diambil dari pembacaan setiap karya yang masuk ke panitia.
"Karya-karya yang masuk banyak bercerita berlatar atau membicarakan tentang rumah. Rumah dalam artian tempat tinggal,ruang berlindung, dan tempat untuk pulang. Juga dalam artian alam," ujarnya.
Pihak AFK 2020 juga sengaja mengambil tema ini sebagai garis besar pelaksanaan festival. Menurut Munir, pihaknya ingin membawa ajang AFK kepada penikmatnya dengan rasa nyaman, aman, dan sederhana. Sama seperti makna tentang rumah itu sendiri.