Berton-ton sampah menumpuk di kolong Jembatan Antasari. Hampir melumpuhkan jalur transportasi di Sungai Martapura. Pemko Banjarmasin mestinya sudah sangat berpengalaman. Karena masalah ini muncul setiap tahun.
---
BANJARMASIN - Sampah itu campuran bambu, ranting dan batang pohon, eceng gondok, hingga sampah rumah tangga.
Kiriman dari hulu, dibawa arus sungai ke daerah hilir (Banjarmasin). Tersangkut dan menumpuk di tiang-tiang jembatan besar.
Orang Banjar menyebutnya dengan istilah 'pampangan' atau 'hampangan'. Lazim muncul pada musim hujan. Ketika permukaan air sungai sedang pasang-pasangnya.
Pantauan Radar Banjarmasin kemarin (28/12), lalu lalang kelotok dan jukung terganggu. Kalau dibiarkan, mungkin sekali bakal menimbulkan kemacetan total.
"Mengganggu pemandangan. Wisatawan yang berkunjung bakal kaget melihatnya. Dijuluki Kota Seribu Sungai, sungainya justru kotor sekali," kata M Fajriansyah yang kebetulan melintas di atas jembatan.
Warga Jalan Gatot Subroto itu bertanya-tanya. Kalau sampah itu kiriman kabupaten tetangga, mengapa kepala daerah di Kalsel ini tak bisa berembuk.
Duduk bersama untuk mencari jalan keluarnya. "Jadi tidak pemko saja yang menangani," tambahnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Bidang Sungai di Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Banjarmasin, Hizbul Wathony mengaku belum memantau ke lokasi.
"Belum ke lapangan, apakah sudah menutupi sungai," ujarnya via sambungan telepon. Thony berjanji akan segera membersihkannya.
Selama ini PUPR mengandalkan kapal sapu-sapu milik Balai Sungai. Celakanya, karena ini sudah akhir tahun anggaran, kontrak peminjaman kapal pun berakhir.
Jadi terpaksa PUPR mengandalkan tenaga manual. Mengurai sampah dengan menurunkan pasukan turbo (petugas kebersihan khusus drainase dan sungai).
"Kontrak kapal sapu-sapu baru berlanjut pada Januari nanti. Mudah-mudahan bisa kami atasi," tambahnya.