Limbah Batubara Meluber ke Sawah, Petani Cintapuri Gelisah

- Senin, 4 Januari 2021 | 10:58 WIB
RESAH: Petani di Cintapuri, Kabupaten Banjar menunjuk air yang masuk ke sawah mereka. | FOTO: MUHAMMAD AMIN/RADAR BANJARMASIN
RESAH: Petani di Cintapuri, Kabupaten Banjar menunjuk air yang masuk ke sawah mereka. | FOTO: MUHAMMAD AMIN/RADAR BANJARMASIN

MARTAPURA – Pencemaran akibat tambang batu bara tidak hanya terjadi di Sungai Mangkauk, Kabupaten Banjar. Di Kecamatan Cintapuri Darussalam, air limbah buangan bekas batubara juga disoal petani Desa Tujuh Keramat Mina karena menggenangi ribuan hektare sawah mereka.

Hal ini sebenarnya sudah pernah dilaporkan petani setempat 6 bulan lalu kepada aparat desa setempat dan pemerintah kabupaten. Saat itu anak sungai di jalan tanggul Desa Tujuh tidak berfungsi karena ditutupi lumpur keras, sementara jarak anak sungai di sana dekat dengan sedimen pond atau kolam air bekas pertambangan.

Teriakan petani di bawah rupanya terbukti. Saat musim hujan dan intensitasnya makin tinggi, air genangan meluber ke jalan tanggul dan menyeberang ke sawah milik petani. Padahal, pemisah sawah dengan lokasi tambang hanya anak sungai jalan tanggul yang alirannya sampai ke Sungai Cintapuri Darussalam.

“Sudah 15 hari ini air dari tambang mengalir terus menerus ke sawah, padahal, awal bulan baru memulai tanam,” kata Kai Wani petani di Jalan Tanggul saat ditemui Radar Banjarmasin di Desa Tujuh, sekitar 39 km dari Martapura, kemarin (3/1/2021) siang.

Haji Asnawi, penggarapan lahan sekitar lokasi juga membenarkan luberan air lumpur kuning bercampur batu bara ke sawah. Air tambang mengalir lepas ke Jalan Tanggul dan menyeberang jalan ke arah sawah petani. Jalan Tanggul bahkan ditutupi air limbah tambang. Pengendara biasanya putar balik karena jalan tembus ke Kantor Camat Cintapuri Darussalam itu terendam akibat air tambang.

“Pangkal masalah karena sungai alami di sini hilang karena ditutupi lumpur. Sebelum ada pencemaran, kami sering memancing di sini. Sekarang sungainya rata oleh lumpur,” kata Asnawi lagi.

Pernyataan Kai Wani dan Haji Asnawi dibenarkan oleh Sarwani, salah satu ketua RT dari Desa Tujuh. Sekitar setengah bulan belakangan ini, pencemaran makin meningkat dan menyerang sawah petani. Hamparan persawahan di jalan Tanggul yang terdampak sekitar 500 hektar lebih. Bila dibiarkan berlarut-larut, ia menaksir sekitar 1.500 hektare sawah petani terancam.

“Hamparan sawah tadah hujan milik petani di Desa Tujuh ini batasnya sampai jalan TMMD Desa Cintapuri Darussalam yang dibangun tahun 2017 lalu,” kata Sarwani.

Permintaan petani ujar Sarwani sangat sederhana, mengaktifkan lagi aliran sungai. Dia mengatakan berkali-kali melapor pencemaran tersebut ke aparat desa. Namun tidak ada solusi. Bahkan pernah juga ditangani oleh aparat dari kabupaten. Yang juga tidak ada jalan keluar.

“Kasihan padi milik petani. Bisa gagal tanam tahun ini karena air tambang merusak tanaman. Padahal kami hanya bisa tanam sekali setahun,” tukasnya.

Dihubungi terpisah, Kabid Tanaman Pangan Dan Hortikultura Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Kabupaten Banjar Nurul Chatimah mengaku belum mengetahui informasi dugaan pencemaran lahan pertanian. Ia akan mengumpulkan informasi bersama mantri tani. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Banjar Boyke W Triestiyanto juga menjanjikan akan mengecek laporan ini ke lapangan.(mam/ran/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Balaskan Dendam Kawan, Keroyok Orang Hingga Tewas

Kamis, 28 Maret 2024 | 18:10 WIB

Setelah Sempat Dikeroyok, Seorang Pemuda Tewas

Kamis, 28 Maret 2024 | 08:00 WIB

Tim Gabungan Kembali Sita Puluhan Botol Miras

Selasa, 26 Maret 2024 | 16:40 WIB
X