Kisah Pengurus Jenazah Pasien Corona, Astronot yang Bersiaga Selama 24 Jam

- Rabu, 6 Januari 2021 | 11:44 WIB
APD LEVEL 3: Tutut, Lutfi , Habibie dan Saleh sudah menangani sedikitnya 15 pasien corona yang meninggal dunia. Pekerjaan mereka amat berisiko dengan penularan virus COVID-19. | FOTO: TUTUT MARPITU FOR RADAR BANJARMASIN
APD LEVEL 3: Tutut, Lutfi , Habibie dan Saleh sudah menangani sedikitnya 15 pasien corona yang meninggal dunia. Pekerjaan mereka amat berisiko dengan penularan virus COVID-19. | FOTO: TUTUT MARPITU FOR RADAR BANJARMASIN

Dokter dan perawat menjadi aktor utama. Tapi dalam perang melawan pagebluk, peran pemulasar jenazah jangan dilupakan.

-- Oleh: ENDANG, Banjarmasin --

TUTUT Marpitu sebenarnya bekerja di bagian kesehatan dan keselamatan kerja Rumah Sakit Sari Mulia. Tapi sejak pandemi, ia mendapat tugas tambahan. Menjadi anggota tim pemulasaran jenazah pasien COVID-19.

Kalau ngomong, Tutut suka ceplas ceplos. Enak diajak mengobrol.

“Saya ditugaskan di tim itu sejak Juni 2020 lalu,” kata suami Dina itu. “Namanya tugas, harus dikerjakan sungguh-sungguh,” tambah ayah tiga anak ini.

Di tim itu, Tutut bekerja dengan tiga teman sekantor. Muhammad Lutfi , Saleh dan Habibie.

Sebelum diterjunkan, mereka sudah mengikuti banyak pelatihan dari Dinas Kesehatan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) hingga Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Mereka dilatih memandikan, mengkafani, menyalatkan, hingga menguburkan dengan protokol khusus. Awalnya, Tutut pun khawatir tertular. Sekarang, ia lebih tenang.

“Meski ada rasa takut, tapi akhirnya menjadi biasa saja,” ujarnya “Kami pakai APD (alat pelindung diri) level 3, kayak pakaian astronot,” tambahnya seraya tersenyum.

Agar anak dan istri di rumah selamat, sebelum pulang, Tutut selalu membersihkan diri di rumah sakit.

Sudah banyak duka yang dilewatinya bersama tim ini. Seperti menghadapi penyangkalan dan penolakan keluarga pasien. Bahkan, pernah ia bersitegang. Garagara keluarga pasien tak percaya timnya bisa mengurusi jenazah sesuai tuntutan syariah.

“Memang ada saja keluarga yang ingin mengurus sendiri. Kalau sudah begitu, terpaksa kami minta bantuan TNI dan Polri,” kisahnya.

Setidaknya, sudah 15 jenazah yang ia tangani. Sebelum ada timnya, pasien corona yang meninggal dunia di rumah sakit di Jalan Pangeran Antasari tersebut selalu menyerahkan urusan pemulasaran ke Rumah Sakit Ulin.

Sesuai protokol, pasien yang meninggal dunia akibat virus tersebut, tak bisa berlama-lama berada di rumah sakit.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

X