Harga Naik, Kalsel Kembali Alami Inflasi

- Kamis, 7 Januari 2021 | 13:33 WIB
Setelah sempat terjadi deflasi karena pandemi Covid-19. Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel mencatat, Desember 2020 tadi Banua kembali mengalami inflasi. Yakni, sebesar 0,79 persen. Dengan Indeks Harga Konsumen (IHK), 106,77.
Setelah sempat terjadi deflasi karena pandemi Covid-19. Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel mencatat, Desember 2020 tadi Banua kembali mengalami inflasi. Yakni, sebesar 0,79 persen. Dengan Indeks Harga Konsumen (IHK), 106,77.

BANJARBARU - Setelah sempat terjadi deflasi karena pandemi Covid-19. Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel mencatat, Desember 2020 tadi Banua kembali mengalami inflasi. Yakni, sebesar 0,79 persen. Dengan Indeks Harga Konsumen (IHK), 106,77.

Kepala BPS Kalsel, Moh Edy Mahmud mengatakan, inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh sebagian besar indeks kelompok pengeluaran. "Ada tujuh kelompok yang mengalami kenaikan harga tertinggi," katanya melalui Kanal Youtube BPS Kalsel, baru-baru tadi.

Dirincikannya, tujuh kelompok tersebut yakni kelompok transportasi yang mengalami inflasi sebesar 4,63 persen. Disusul kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar, 1,15 persen; kelompok pakaian dan alas kaki, 0,32 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran, 0,1 persen.

Lalu, kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga, 0,09 persen; kelompok kesehatan, 0,07 persen. "Kemudian kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,03 persen," rincinya.

Dia mengungkapkan, kelompok tranaportasi mengalami inflasi terbesar lantaran kedua subkelompoknya mengalami kenaikan. Yaitu, subkelompok jasa angkutan penumpang sebesar 27,13 persen dan subkelompok pengoperasian peralatan transprtasi pribadi sebesar 0,01 persen.

"Dengan naiknya kedua subkelompoknya, maka kelompok transportasi pada Desember 2020 memberikan andil inflasi sebesar 0,5 persen," ungkapnya.

Selain ada yang naik, Edy menyampaikan beberapa kelompok juga mengalami penurunan indeks harga. Diantaranya, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar lainnya sebesar 0,07 persen; kelompok rekreasi olahraga dan budaya sebesar 2,04 persen; kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,57 persen.

"Sementara kelompok pendidikan tidak mengalami perubahan indeks harga dibandingkan November 2020," ucapnya.

Jika berbicara komoditas, dia menuturkan, jenis yang paling banyak mengalami kenaikan harga dan memberikan andil inflasi tertinggi di Kalsel adalah angkutan udara, telur ayam ras, cabai rawit, cabai merah dan ikan gabus.

"Sedangkan, komoditas yang mengalami penurunan harga dengan andil deflasi tertinggi, antara lain, daging ayam ras, emas perhiasan, bioskop, bawang merah dan ikan kembung," tuturnya.

Secara terpisah, menanggapi data BPS Kalsel, Kepala Dinas Perdagangan Kalsel Birhasani menjelaskan, terjadinya inflasi bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Namun dengan memperhatikan kondisi saat ini, menurutnya inflasi terjadi lantaran ekonomi Kalsel sudah mulai bergerak positif.

Dia memaparkan, ekonomi Kalsel bergerak positif ditandai dengan meningkatnya belanja pemerintah pada akhir 2020. Baik pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota se-Kalsel. "Saat itu APBD perubahan disahkan dan mulai dibelanjakan, sehingga terjadi peningkatan permintaan akan barang tertentu," paparnya.

Meningkatnya belanja pemerintah menurutnya berdampak pada peningkatan permintaan atau belanja masyarakat. Sehingga terjadi perputaran uang yang dinamis di pasar.

"Dengan demikian daya beli masyarakat secara perlahan sudah mulai membaik, karena aktivitas ekonomi dari berbagai sektor, seperti perhotelan, pasar, kafe, tempat wisata dan lain-lain mulai buka. Meski harus menerapkan protokol kesehatan," pungkasnya. (ris/ran/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X