Lelaki 70 Tahun itu Tak Ingin Menipiskan Tahu

- Kamis, 7 Januari 2021 | 13:54 WIB
TAHU PUTIH: Karyawan Madi Yaman mengolah tahu di kawasan Teluk Dalam, kemarin (6/1). Setelah kelangkaan, pengolah tahu menghadapi lonjakan harga. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN
TAHU PUTIH: Karyawan Madi Yaman mengolah tahu di kawasan Teluk Dalam, kemarin (6/1). Setelah kelangkaan, pengolah tahu menghadapi lonjakan harga. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN

Sudah dua kali Madi Yaman menaikkan harga jual tahunya. Terpaksa, karena harga kacang kedelai yang melonjak.

-- Oleh: WAHYU RAMADHAN, Banjarmasin --

LELAKI 70 tahun itu memproduksi tahu di belakang rumahnya di Jalan Soetoyo S Gang Pangeran Suryanata.

Bersama empat karyawan, mereka mampu mengolah sekitar 150 kilogram per hari. Atau sebanyak 4.800 potong tahu. Tapi itu sebenarnya sedikit.

Sebelum pagebluk, dalam sehari Madi mampu memproduksi lebih dari 6.800 potong tahu. Masalahnya kelangkaan bahan baku utama yakni kacang kedelai.

Agar ongkos produksi bisa ditutupi, harga jual dinaikkan. Dari Rp50 ribu untuk cetakan besar menjadi Rp52 ribu. Satu cetakan besar bisa menghasilkan seratus potong.

Kini, ia menghadapi masalah tambahan, yakni kenaikan harga bahan baku. Belum lama ini, harga kacang kedelai melonjak. Dari Rp7 ribu per kilogram menjadi Rp9.200.

Lagi-lagi Madi harus menaikkan harga jual menjadi Rp54 ribu. "Kami terpaksa menaikkan harga. Syukur pelanggan memaklumi," kata pria asal Jawa Timur itu, kemarin (6/1).

Mengapa tak mengecilkan ukuran potongan atau menipiskan tahu? Madi menjawab dengan tegas: tidak!

Sebab, ia memikirkan kualitas produk, dari soal rasa hingga ukuran. "Kami tidak ingin membuat pelanggan kecewa," ungkapnya.

Harga mahal memang tak bisa dihindari. Lantaran Madi memilih kacang kedelai impor. Pernah ia mencoba versi lokal, tapi kualitasnya kalah.

"Harga kacang kedelai lokal memang murah. Tapi kualitasnya kurang. Utamanya dalam hal kebersihan. Masih perlu diperhatikan," sarannya.

Menilik pabrik kecilnya, salah satu karyawannya, Hanafi tampak sedang asyik memotong-motong tahu.

Diceritakannya, ia biasa bekerja sejak jam 7 pagi. Pulang jam 2 siang, terkadang lembur sampai jam 4 sore.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB
X