MARTAPURA – Belum digelarnya kompetisi sepak bola nasional hingga saat ini, membuat beberapa pemain memutuskan untuk berkompetisi di kelas antar kampung (tarkam). Namun, hal ini banyak ditentang beberapa klub karena bisa berakibat fatal bagi pemain itu sendiri nantinya.
Hal tersebut tidak berlaku bagi Martapura FC. Kontestan tim Liga 2 itu justru menganggap tarkam adalah jalan terbaik yang bisa dilakukan pemain di tengah situasi saat ini. Pelatih kepala Martapura FC, Frans Sinatra Huwae menilai tarkam efektif untuk menjaga irama bermain dan sentuhan bolanya.
“Tentu mereka bisa menjaga diri dengan baik meski bermain di kompetisi tarkam. Selain menjadi sumber penghasilan di tengah situasi saat ini, hal itu bagus untuk menjaga mood mereka,” kata Frans. “Yang terpenting adalah mereka tetap bersikap profesional meski bermain di kompetisi kelas amatir sekalipun,” tambahnya.
Sebelum kompetisi diliburkan, sejatinya Liga 2 baru memainkan satu pertandingan. Laskar Sultan Adam baru menjalani laga perdananya saat bertandang ke markas Mitra Kukar pertengah Maret 2020 lalu. Pada laga itu, skuat racikan Frans Sinatra Huwae takluk dengan skor 2-0 melalui brace Pandi Lestaluhu.
Martapura harus berada di posisi buncit klasemen sementara wilayah timur. Namun itu adalah laga perdana dan terakhir mereka pada kompetisi resmi di tahun 2020. Memasuki tahun 2021, kejelasan kompetisi juga masih belum terlihat. Hal ini tentu membuat kekhawatiran tim pelatih atas kondisi fisik pemainnya.(bir/dye/ema)