Pemko Sibuk dengan Proyek Drainase, Warga Sudah Biasa Tergenang, Begini Kata Ibnu Sina...

- Kamis, 14 Januari 2021 | 14:44 WIB
KOTA SERIBU SUNGAI: Jalan Kelayan B di Banjarmasin Selatan terendam, Selasa (12/1) malam. Permukiman padat ini langganan tergenang setiap musim hujan. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN
KOTA SERIBU SUNGAI: Jalan Kelayan B di Banjarmasin Selatan terendam, Selasa (12/1) malam. Permukiman padat ini langganan tergenang setiap musim hujan. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN

Menghadapi genangan di mana-mana, drainase yang saban tahun diproyekkan tak bisa berbuat banyak. Wali kota meminta warga bersabar, jangan saling menyalahkan.

 ---

BANJARMASIN - "Biasanya, sore hari air sudah naik," tutur Nana R, warga Jalan Kuin Utara (13/1) siang. Permukiman di Banjarmasin Utara itu rentan terendam.

Sama halnya dengan Jalan Kelayan B di Banjarmasin Selatan. Selasa (12/1) malam, jalan raya tergenang. Tingginya melebihi mata kaki orang dewasa.

Para bocah asyik bermain air. Sementara para orang tua memanfaatkan luapan air itu untuk mencuci sepeda motor.

Warga di bantaran sungai tampaknya sudah pasrah. Sudah terbiasa menghadapi masalah klasik ini.

Sementara di pusat kota, di sebagian Jalan Lambung Mangkurat dan Jalan Hasan Basry sudah terendam. Alur lalu lintas menjadi padat merayap.

Bagi pengamat tata kota, Subhan Syarif, masalah genangan ini terus berulang dari tahun ke tahun. Rutin muncul setiap musim hujan.

Dia menyoroti perencanaan dan penanganan Pemko Banjarmasin. Ada tiga poin yang Subhan utarakan.

Ia menilai, berdasarkan pengamatannya sejak lama, menurutnya ada ketidaktepatan dalam membuat rencana penanganan yang dilakukan Pemerintah Kota (Pemko) Banjarmasin.

Padahal, kondisi itu sudah layaknya rutinitas yang dialami warga Kota Banjarmasin. Dalam hemat Subhan, ada tiga persoalan yang mestinya diperhatikan Pemko Banjarmasin, terkait terjadinya luapan air itu.

Pertama, perubahan iklim karena pemanasan global. Permukaan air laut yang meninggi berdampak ke sungai.

Kedua, banyak sungai yang menyempit bahkan mati. Belum lagi endapan lumpur dan sampah. "Daya tampung sungai menjadi berkurang. Dahulu, taruhlah sungai mampu menampung 30 meter kubik air, sekarang kisarannya 15 sampai 20 meter kubik saja," ungkapnya.

Ketiga, area resapan yang menghilang akibat pembangunan. Dia memberi contoh Jalan Ahmad Yani. Kiri dan kanan jalan sudah dihabisi ruko. "Bukan berarti tak bisa dibenahi lagi," tukasnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

X