Dari Walhi hingga Akademisi Beri Pendapat: Banjir ini Sudah Diprediksi, Tapi Tak Diseriusi

- Jumat, 15 Januari 2021 | 14:24 WIB
TERENDAM: Hujan deras yang mengguyur sejumlah wilayah di Kalsel sejak Rabu (13/1) hingga kemarin (14/1) membuat banjir di beberapa daerah semakin parah.
TERENDAM: Hujan deras yang mengguyur sejumlah wilayah di Kalsel sejak Rabu (13/1) hingga kemarin (14/1) membuat banjir di beberapa daerah semakin parah.

Hujan deras yang mengguyur sejumlah wilayah di Kalsel sejak Rabu (13/1) hingga kemarin (14/1) membuat banjir di beberapa daerah semakin parah. Termasuk di perkotaan Banjarmasin dan Banjarbaru.

Terkait hal ini, Pengamat Tata Kota dari Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Akbar Rahman menilai, genangan terjadi salah satunya karena tingginya curah hujan yang turun.

"Sistem drainase pasti tidak bisa menampung air dengan kondisi cuaca yang ekstrem seperti ini. Sehingga, air meluber dan terjadi genangan," katanya kepada Radar Banjarmasin, kemarin.

Di samping sistem drainase yang tak sanggup mengalirkan air dengan baik, menurutnya banjir terjadi juga lantaran kondisi alam dan lingkungan Banua yang sudah rusak.

Akbar menuturkan, dengan kondisi seperti ini maka pemerintah harus lebih sigap dan tanggap. "Karena ini sudah diprediksi oleh BMKG satu bulan yang lalu, terkait dampak La Nina. Tapi, sepertinya mitigasi bencana tidak berjalan dengan baik," paparnya.

Jika kondisi hujan belum berhenti hingga 2 sampai 3 hari ke depan, dia memprediksi dampak banjir akan semakin meluas. "Terkhusus kawasan di sekitar daerah aliran sungai (DAS)," bebernya. 

Pengamat Tata Kota, Subhan Syarif sendiri menyebut pemerintah khusunya di Banjarmasin lamban dalam melakukan pemulihan sungai sehingga terjadi genangan disana-sini. “Ini membuktikan, gagalnya Kota Banjarmasin gagal merecovery dirinya sebagai kota seribu sungai,” sebutnya kemarin.

Dia menilai, saat ini pemko lebih banyak mendandani urusan hulu yang tak berdampak banyak terhadap penanganan air pasang. “Drainase dibenahi yang seolah-olah pangkal masalah. Padahal bukan itu,” sebutnya.

Dikatakannya, problem Kota Banjarmasin adalah di bagian hilir. Subhan menjelaskan, ada tiga perosalan di hilir tersebut. Pertama adalah dampak pemanasan global yang menyebabkan permukaan air laut naik, sehingga permukaan air sungai pun juga naik.

“Sudah sejak lama ketika muka air laut naik. Air pun akan naik. Parahnya resapan air sudah berkurang,” ujarnya pria yang juga menjabat sebagai Ketua LPJK Kalsel itu.

Tingginya air pasang di Banjarmasin tambahnya, diperparah pula kondisi sungai, baik yang kecil maupun yang besar. Selain lebarnya sudah mulai berkurang, pendangkalan sudah sangat memprihatinkan.

“Banyaknya anak sungai yang mati dan endapan membuat daya tampung sungai berkurang. Akhirnya air pun meluap,” katanya.

Karakter Kota Banjarmasin yang kondisi geografisnya rawa dengan musim pasang surut, diperparah pula dengan pembangunan pembangunan yang tak ramah lingkungan. Seperti model pembetonan.

“Bagaimana mau meresap, area resapannya sudah tak ada. Akhirnya jalan menjadi penampungan air,” tukasnya.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Rem Blong, Truk Solar Hantam Dua Rumah Warga

Kamis, 28 Maret 2024 | 19:00 WIB

Masalah Pendidikan Jadi Sorotan Ombudsman

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:50 WIB

Gempa 3,3 Magnitudo Guncang Kotabaru

Kamis, 28 Maret 2024 | 15:58 WIB
X