Anak Berumur 10 Bulan Hanyut lalu Meregang Nyawa di Parit, Ini Banjir Terburuk dalam Sejarah Banua..!

- Jumat, 15 Januari 2021 | 14:31 WIB
MENGGIGIL: Lansia di Los Basung Cempaka dievakuasi secara gotong royong oleh warga dan relawan menggunakan perlengkapan seadanya. Foto dijepret Kamis (14/1) pukul 03.00 Wita ketika air meluber cepat. | Foto: Rivani/Radar Banjarmasin
MENGGIGIL: Lansia di Los Basung Cempaka dievakuasi secara gotong royong oleh warga dan relawan menggunakan perlengkapan seadanya. Foto dijepret Kamis (14/1) pukul 03.00 Wita ketika air meluber cepat. | Foto: Rivani/Radar Banjarmasin

MARTAPURA – Banjir dahsyat 2006 terasa tak ada apa-apanya jika dibandingkan musibah awal tahun 2021 ini. Dalam skalanya ini disebut-sebut menjadi banjir terburuk dalam sejarah Kabupaten Banjar.

Betapa tidak, Martapura dan sekitarnya lumpuh total. Kantor-kantor pemerintahan tutup. Jembatan ambruk di Kiram. Pasar Martapura terendam. Rumah warga hancur dan hanyut. Harta benda sulit diselamatkan.

Selain itu, banyak laporan bahwa tambak ikan rusak, keramba apung hanyut. UGD Ratu Zalecha mengobati korban banjir yang diserang binatang berbisa. Ribuan masyarakat mengungsi ke Masjid Al Karomah Martapura dan Stadion Demang Lehman atau Aula Kecamatan. Meninggalkan rumah mencari perlindungan karena tinggi air sepinggang pria dewasa.

Jalan provinsi di Martapura Lama atau Kertak Baru ikutan lumpuh, Evakuasi ribuan warga hanya bisa menggunakan kendaraan berdimensi besar dengan ground clearance tinggi. Hilir mudik truk dan kendaraan khusus off road mengangkut masyarakat korban banjir. Penerangan sejak kemarin malam sudah diputus PLN dan layanan air bersih terhenti. Sedangkan jaringan internet terganggu.

Banjir melanda Kecamatan Pengaron, Simpang Empat, Mataraman, Astambul, Karang Intan, Martapura Kota, Martapura Timur, Martapura Barat, Gambut, dan Sungai Tabuk. Banjir merendam rumah penduduk lebih lama dari biasanya.

Sebagian pemuda di tiap kampung memilih bertahan di rumah lantai dua atau atap masjid. Mendirikan tenda di atas rumah ibadah untuk menjaga kampungnya dari kejahatan pencurian. Mereka bertahan dalam keadaan lapar dan haus. Logistik makanan jadi sudah tidak bisa lagi dikirim, sulit ditembus relawan. Contohnya Desa Pekauman. Air merendam rumah setinggi 60 cm lebih.

“Orang tua dan anak-anak diungsikan ke tempat aman. Kami yang muda bertahan, buat tenda dari terpal di atap masjid supaya tidak kehujanan,” kata Muhammad Sairi, warga Pekauman Dalam, kemarin.

Lain lagi dengan Ferry, warga Gudang Hirang, Kecamatan Sungai Tabuk. Ia mengaku terkejut dengan ketinggian air. Padahal, fondasi rumah panggung miliknya sudah dinaikkan satu tahun lalu. Ia merasa, banjir kali ini mirip 19 tahun lalu, ketika tiang fondasi rumahnya relatif rendah.

Lantas, ia berniat mengevakuasi anak dan istrinya ke tempat yang lebih tinggi. Celakanya, akses jalan keluar dari Gudang Hirang sudah terkepung air. Ke Martapura tidak bisa, ke Banjarbaru juga banjir. Sempat memilih mengungsi ke Banjarmasin, ternyata kebanjiran juga. Yang membuatnya sedih, rumah orang tuanya di Kandangan juga kebanjiran.

Berdasarkan data sementara yang dihimpun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalsel, ada 70 ribu lebih masyarakat Banua yang terdampak musibah ini.

Kepala Pelaksana BPBD Kalsel Mujiyat menyampaikan, banjir tahun ini menjadi yang terparah sejak puluhan tahun terakhir. "Saya tinggal di Kompleks Handil Bakti (Barito Kuala), selama 25 tahun tidak pernah halaman saya terendam. Tapi hari ini (kemarin) terendam," katanya.

Dia mengungkapkan, saat ini pihaknya terus berupaya memberikan bantuan kepada para korban. Mulai dari melakukan evakuasi, hingga menyalurkan logistik. "Pelayanan ini sudah kami berikan sejak terjadi banjir pertama di Kabupaten Banjar, beberapa waktu lalu. Seperti di Desa Teluk Selong, Pasayangan, dan Dalam Pagar," ungkapnya.

Ketika itu, titik banjir masih sedikit. Oleh karena itu BPBD Kalsel masih mampu menanganinya. Namun, Mujiyat menuturkan, saat ini lokasi banjir semakin luas sehingga perlu ada keterlibatan dari semua pihak. "Termasuk pemerintah kabupaten dan kota yang terdampak, harus ikut bertanggungjawab," tuturnya.

Lanjutnya, untuk SKPD Terkait di lingkup Kalsel sendiri telah diminta Sekdaprov Kalsel untuk ikut berkonsentrasi menganalisa kebutuhan yang diperlukan para korban banjir. "Jadi semua punya PR masing-masing, bagaimana proses membantu korban," ujarnya.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Banjarmasin Pulangkan 10 Orang Terlantar

Jumat, 26 April 2024 | 14:30 WIB
X