Masih Banyak yang Terisolasi, Banjir Barabai Sudah Menelan Korban Jiwa

- Sabtu, 16 Januari 2021 | 15:57 WIB
LUMPUH TOTAL: Kota Barabai di Hulu Sungai Tengah difoto dari udara. Air mengepung pusat kota Barabai dan membuat semua aktivitas lumpuh. | Foto: DINSOS HST FOR RADAR BANJARMASIN
LUMPUH TOTAL: Kota Barabai di Hulu Sungai Tengah difoto dari udara. Air mengepung pusat kota Barabai dan membuat semua aktivitas lumpuh. | Foto: DINSOS HST FOR RADAR BANJARMASIN

BARABAI- Banjir terbesar pernah terjadi di Hulu Sungai Tengah pada tahun 1985. Kala itu air dari sungai Hantakan mengepung kota Barabai. Pemandangan itu kembali terulang 36 tahun kemudian. Dalam skala dan keluasannya, banjir dalam sepekan ini bahkan dipercaya terparah dalam sejarah.

Banjir membuat aktivitas di Barabai lumpuh total. Pasar Barabai terendam, perkantoran Bupati HST bak kolam. Bahkan ketinggalan air di wilayah perkantoran mencapai leher orang dewasa.

Alhasil dokumen-dokumen pemerintahan larut. Ratusan orang terisolasi lantaran derasnya arus banjir. Beberapa pegawai sempat terjebak di dalam kantor bupati dan di lantai dua gedung DPRD HST .

"Alhamdulillah baru hari ini (red) saya bisa keluar dari kantor Bupati HST. Sebelumnya ketinggian air sampai leher. Sekarang sudah surut sampai pinggang saja," kata Rizki yang sempat terjebak di kantor bupati.

Satu hari satu malam terjebak, Rizky dan 10 orang lainnya hanya mengkonsumsi air di dalam kantor Bupati. "Mau cari makan susah gak bisa keluar kantor," bebernya.

Di wilayah perkotaan beberapa warga bahkan terjebak di atas genteng. Seperti di desa Muntiraya kecamatan Barabai. Tepatnya dekat lapangan Tenis Bungur. "Banyak anak-anak, balita dan lansia, di sana, logistik belum ada makanan dan minuman," kata Wiwit Lestari.

Susahnya jaringan internet membuat koordinasi antara relawan dan BPBD HST di wilayah Barabai kacau."Komunikasi kita dengan BPBD dan relawan memang sedikit sulit karena jaringan hilang. Sesekali saja bisa dihubungi lewat saluran telepon," ucap Wakil bupati HST, Berry Nahdian Forqan.

Berry sendiri bersama keluarga harus mengungsi. Evakuasi keluarga wabup cukup dramatis, mereka harus melewati air setinggi leher orang dewasa. Mereka kini berada di rumah dinas Bupati HST bersama keluarga bupati. "Alhamdulillah air sudah ada surut 1 meter. Sebelumnya air sempat naik ke bibir teras rumah," ungkapnya.

Yang memperparah, bantuan dari luar sulit sampai ke HST, sebab jalan nasional putus. "Infonya dari provinsi tidak bisa sampai. Mereka juga berbagi tugas, karena banjir hampir terjadi di seluruh Kalsel," katanya.

BPBD HST membuat dua posko utama di pusat kota. Yakni di Stadion Murakata dan Gedung Juang Barabai. Di sana terdapat ratusan orang yang mengungsi bersama sanak keluarga.

"Banjir di HST ini paling parah, dan kita mengakui kekurangan personel. Apalagi beberapa personel memang harus menyelamatkan keluarganya lebih dulu sebab banjir ini merata di HST," ujar Berry.

Aliran listrik, air PDAM dan jaringan internet pun ikut lumpuh akibat banjir. Akibatnya Komunikasi di sana terganggu. Padahal masih banyak warga yang terisolasi. Contohnya di Desa Pandawangan, Desa Alat, Desa Pajukungan, Desa Jaranih, Desa Masiraan, Pasar Agribisnis, Kelurahan Bulau. Akses ke wilayah tersebut sulit dijangkau lantaran arus masih deras.

Perlu perahu bermotor untuk mengevakuasi korban yang terjebak banjir. Bahkan gara-gara terlambat di evakuasi satu orang warga dinyatakan meninggal karena kedinginan.

Diketahui dia seorang lelaki warga desa Sasak Barabai yang sudah lanjut usia. Dua orang juga ditemukan meninggal di kecamatan Hantakan. Sebelumnya mereka dikabarkan hilang. Setelah dilakukan pencarian jenazah keduanya tersangkut di pohon. Satu laki-laki dan satu perempuan.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB
X