Warga Banjarmasin di Perbatasan dan Bantaran Sungai Wajib Waspadai Air Kiriman

- Senin, 18 Januari 2021 | 13:58 WIB
PAKAI JUKUNG: Jukung kembali menjadi andalan warga Banjarmasin selama banjir. Dalam foto ini, warga Sungai Lulut berbelanja ke warung dengan mengayuh sampan. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN
PAKAI JUKUNG: Jukung kembali menjadi andalan warga Banjarmasin selama banjir. Dalam foto ini, warga Sungai Lulut berbelanja ke warung dengan mengayuh sampan. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN

BANJARMASIN - Warga Banjarmasin tinggal dekat perbatasan dengan kabupaten tetangga atau yang bermukim di bantaran sungai harus waspada. Sebab, genangan air masih akan meninggi. Diprediksi sampai dua atau tiga hari ke depan.

Pantauan Radar Banjarmasin, sedari Jumat hingga kemarin (17/1) sore, genangan semakin menjadi-jadi.

Contoh di Jalan Ahmad Yani menuju ke dalam maupun keluar kota. Sedari kilometer empat sampai enam, air meluap hingga setinggi lutut.

Tak sedikit kendaraan bermotor yang melintas mengalami kemogokan. Hingga menyebabkan kemacetan. Sementara di gang dan kompleks, hampir bisa dipastikan tak ada yang luput dari rendaman air.

Beralih ke pinggiran, terutama di kawasan bantaran sungai seperti Sungai Lulut di Banjarmasin Timur, banjir belum menunjukkan tanda-tanda surut.

Ketika dikonfirmasi, Kepala Bidang Sungai di Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Banjarmasin, Hizbul Wathony menegaskan perlu waktu dua sampai tiga hari hingga banjir menyurut.

Alasannya, karena bersinggungan langsung dengan kabupaten tetangga yang lebih dulu terdampak banjir. Artinya, masih ada potensi banjir kiriman.

"Aliran sungainya kan lewat situ. Menghabiskan air di hulu dulu. Kalau sudah normal, baru bisa surut. Ambil contoh kawasan Sungai Lulut. Kemudian, sungai di kawasan Pemurus Dalam," jelasnya, kemarin (17/1).

Berbeda dengan Jalan Hasan Basri di Banjarmasin Utara. Kemarin, genangan sudah mereda. Thony menjelaskan, pasukan turbo (petugas pembersih sungai dan drainase) telah dikerahkan.

"Kamis dan Jumat, kami turunkan pasukan turbo. Menurut mereka memang ada sumbatan-sumbatan. Salah satunya di Sungai Kidaung. Ketika sumbatan dibenahi, air yang sebelumnya menggenang parah pun lekas surut," tutupnya.

Kembali ke Sungai Lulut, banyak warga yang memilih bertahan rumahnya. Mereka enggan mengungsi, sekalipun ketinggian air sudah mengkhawatirkan.

Anang Syarwani salah satunya. Ia kukuh bertahan di kediamannya di Jalan Simpang Layang. Pria 42 tahun itu mengaku belum tergerak untuk mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. Menurutnya, ranjangnya masih bisa menyelamatkannya dari luapan air yang dingin menggigit.

"Sedari lahir hingga sekarang, baru kali ini kedalaman air sampai setinggi ini. Ini parah. Apalagi kalau Anda menengok ke sana, atau 100 meter dari sini, ketinggian air sudah mencapai dada orang dewasa," ceritanya, kemarin.

Serupa dengan apa yang dirasakan Jumrani. Ketika diwawancarai pada Jumat (15/1) malam, ia memilih menggunakan sampan atau jukung untuk berbelanja ke warung.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB
X