Petaka Tambang Manual di Batulicin, Ayah Selamat, Anak Terjebak

- Rabu, 27 Januari 2021 | 16:01 WIB
KERJA KERAS: Tim gabungan berusaha memompa air di lokasi eks tambang untuk menyelamatkan para pekerja yang masih terjebak. | FOTO: ZALYAN SHODIQIN ABDI/RADAR BANJARMASIN
KERJA KERAS: Tim gabungan berusaha memompa air di lokasi eks tambang untuk menyelamatkan para pekerja yang masih terjebak. | FOTO: ZALYAN SHODIQIN ABDI/RADAR BANJARMASIN

BATULICIN - Selasa (26/1) masuk hari ketiga pencarian korban tambang manual di KM33 Kecamatan Mantewe. Tim gabungan ramai di sana, dibantu warga. Tapi tidak dapat berbuat banyak, lubang terowongan masih tertutup.

Lubang itu berada di bawah galian tambang sedalam kurang lebih 75 meter. Mesin besar penyedot air bekerja menguras, tapi debit air begitu besarnya. "Kalau air sudah sepinggang kami akan masuk," kata Kepala Kantor SAR Banjarmasin Sunarto, sore kemarin di lokasi tambang.

Rencananya, kata Sunarto, jika masuk mereka akan membawa penambang sebagai penunjuk jalan.

Lantas bagaimana peluang hidup 10 orang yang masih terjebak di dalam? Beberapa penambang yang selamat yakin mereka aman. Berada di bagian yang tinggi dengan luas yang cukup untuk istirahat 10 orang.

Ahmad Rizky pemuda asal Amuntai berusia 25 tahun mengisahkan suasana awal petaka itu tiba. Rizky baru saja menikah dengan Mia. Mereka tinggal di mes kayu di lokasi tambang.

Rizky sudah bekerja di sana sejak tahun 2014. Terowongan dibangun awalnya dengan cara manual. Ketika pintu terbuka, baru masuk alat bor. Tahun ke tahun, peralatan canggih tidak lagi digunakan, semua serba manual. Pakai linggis dan sejenisnya."Puluhan kami bekerja di sini," katanya.

Hari naas itu, tidak ada terbersit sedikitpun di benak dia dan kawan-kawan penambang akan ada bencana. Sebenarnya sinyal bahaya sudah lama terlihat. Sejak jebolnya dinding lubang tambang di sisi lain belum lama tadi.

Lubang yang jebol itu mereka tutup dengan karung berisi tanah. Namun di Minggu naas itu pukul 14.00, lubang itu kembali jebol, dan longsor. Padahal saat itu katanya hanya gerimis, tidak ada hujan lebat.

"Kami waktu itu ada lima orang (berdekatan). Mendengar suara gemuruh, seperti ada yang runtuh," kenangnya. Wajah istri di belakangnya yang mendengar kisah itu tampak pucat.

Beruntung saat itu Rizky dan empat rekannya berada di dekat mulut terowongan belakang yang jebol itu. Mereka berlarian ke sana, sambil meneriaki rekan-rekan yang ada di bagian terdalam. Teriakan mereka tidak ada sahutan.

Makin ke atas gemuruh longsor makin deras, air lumpur mulai masuk. Mereka berjibaku melawan liat dan derasnya tekanan lumpur. Dekat mulut longsor, mereka melihat cahaya. Itu memberikan kekuatan.

Lumpur sudah setinggi leher mereka. Tapi cahaya itu sudah dekat. Mereka menguatkan diri. Sampai mulut longsor tenaga mereka habis. Di depan lautan air berlumpur terlihat. Air terus masuk menekan badan mereka.

Kebetulan seorang melihat ada kayu di depan, persis di tepi galian tambang. Ke sana mereka berjalan, memaksa semua tenaga. Satu berhasil meraih kayu. Dengan itu dia mendorong dirinya ke atas, dan berhasil meraih tepian galian. Begitulah, satu-satu akhirnya berhasil naik.

Setelah kengerian usai. Mereka berlarian ke mess. Mengabari pekerja-pekerja lainnya. Informasi pun segera sampai ke pemerintah. Tim pun turun. Hujan juga. Air mulai memenuhi lubang tambang. Terowongan depan tertutup sudah. Begitu juga terowongan belakang yang longsor.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pengedar Kabur, Orang Suruhan Diringkus

Rabu, 17 April 2024 | 09:34 WIB
X