Diterjang banjir, wajar bila warga lebih memikirkan keselamatan diri. Ketimbang mengurusi soal masker atau mencuci tangan.
---
BANJARMASIN - Mengacu data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalsel menyebut, ada 135 ribu pengungsi di provinsi ini. Seiring menyurutnya banjir, 70 ribu jiwa sudah pulang ke rumah masing-masing.
Anggota Tim Pakar COVID-19 Universitas Lambung Mangkurat, Hidayatullah Muttaqin meminta pemda mewaspadai kemunculan klaster pengungsian.
Sebab, ketika korban banjir mengungsi ke rumah kerabat atau tenda umum, sulit menerapkan protokol pencegahan penularan virus corona. Khususnya dalam hal menjaga jarak, memakai masker atau mencuci tangan.
Maka, Hidayatullah takkan heran jika muncul lonjakan kasus COVID-19 di daerah yang paling terdampak banjir.
Terutama untuk daerah tetangga, Kabupaten Banjar dengan jumlah pengungsi terbanyak, sekitar 82 ribu jiwa.
Sementara untuk Banjarmasin, Hidayatullah meminta pemko memantau Sungai Jingah, Tanjung Pagar, Pemurus Dalam, Sungai Lulut, Antasan Kecil Timur, Alalak Selatan, Sungai Andai, Surgi Mufti, Pemurus Baru, Kelayan Dalam dan Kelayan Timur.
Kelurahan-kelurahan yang paling terdampak banjir. Dia menyarankan, perlunya testing dan tracing (tes dan lacak) di kantong-kantong pengungsi.
Deteksi dini akan memudahkan karantina untuk mencegah merebaknya penularan. Kalau perlu dirawat, bisa segera dirujuk ke rumah sakit.
"Setelah testing, lalu tracing. Guna mengetahui skala penularan warga terinfeksi," ujarnya, kemarin (27/1).
"Mencegah penularan lebih besar," tambahnya. "Juga mencegah kemungkinan gejala sakit lebih parah. Mencegah bertambahnya kasus meninggal dunia akibat keterlambatan penanganan," tutupnya.
Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ulin, Suciati mengakui, selama banjir terjadi lonjakan pasien corona. Tapi masih dalam batas aman.
"Maksimal kan di angka 80, selama banjir sampai sekarang, hanya 73 pasien yang kami rawat," sebutnya, kemarin.