Tertatih menuntun sepeda tua, menjajakan telur asin dan kue pia, Aseng rupanya punya misi mulia. Mengayomi lima anak yatim.
-- Oleh: WAHYU RAMADHAN, Banjarmasin --
Sepeninggal wafatnya sang istri, tahun 1961 silam, lelaki 87 tahun itu memutuskan merantau. Sendirian dari Balikpapan menuju Banjarmasin. Menjadi montir dari satu bengkel ke bengkel lainnya.
Hingga pada suatu masa, tubuhnya semakin menua. Mulai sakit-sakitan. Hingga segala perkakas permontiran ia jual. Uangnya, dibelikan obat dan sepeda.
Ketika sembuh, Aseng pun banting setir menjadi buruh serabutan. Hari ini menjajakan telur asin dan kue pia.
Kemarin (28/1) siang di tepi Jalan Veteran, tak jauh dari sebuah toko buku, kakek yang akrab disapa Engkong Aseng itu meringkuk di bawah payung butut yang digantungnya di setang sepeda.
Matanya lelah. Menatap lalu lalang kendaraan bermotor. Dia berharap ada yang menghampiri dan membeli barang dagangannya. "Sudah sedari pagi belum ada pembeli," tuturnya.
Jangan dikira ketika berbicara wajahnya mengerutkan kesedihan. Justru tersenyum. Ia meyakini, asal mau berusaha, rezeki pasti menghampiri.
Sudah enam tahun Aseng menjajakan telur asin dan kue pia milik seorang warga Jalan Veteran. Bila laku, Aseng pun menerima upah. Bila tidak, maka kantongnya pun bakal kosong.
Setiap hari, tanpa mengenal hari libur, Aseng berkeliling kota. Sejak jam 6 pagi sampai waktu yang tak ditentukan. "Sampai saya merasa cukup lelah," ucapnya kemudian terkekeh.
Tentu banyak suka duka. Contoh, ketika diserempet motor saat menuntun sepeda. Atau ditipu pencuri yang berlagak seperti pembeli.
Dia ingat, peristiwa itu terjadi pada malam hari di Jalan Gatot Subroto. Seorang lelaki mendatanginya. Berkata hendak membeli 15 biji telur.
"Setelah saya selesai membungkus, diambilnya kemudian kabur dengan sepeda motornya," ungkapnya.