Pakaian Menumpuk, Bisa Berbahaya Bagi Kesehatan

- Selasa, 2 Februari 2021 | 14:43 WIB
DAMPAK: Anak-anak korban bencana banjir di Desa Hantakan, HST, duduk di atas tumpukan pakaian bantuan. | FOTO: RASIDI FADLI/RADAR BANJARMASIN
DAMPAK: Anak-anak korban bencana banjir di Desa Hantakan, HST, duduk di atas tumpukan pakaian bantuan. | FOTO: RASIDI FADLI/RADAR BANJARMASIN

Kecamatan Hantakan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, daerah yang parah terdampak banjir. Bantuan terus berdatangan dari berbagai penjuru. Namun ada yang sampai menumpuk.

-- Oleh: Rasidi Fadli, Barabai --

Dua hari pasca banjir bandang di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kamis (14/1) lalu, bantuan terus berdatangan. Banyak masyarakat yang tergerak menolong korban banjir dengan memberikan bantuan.

Bantuan yang diberikan berupa makanan siap saji, beras, roti, mi, telur, pembalut, vitamin, obat-obatan dan pakaian bekas, serta banyak lagi yang lainnya. Khusus untuk pakaian, satu pekan pasca banjir, banyak menumpuk. Seperti yang terlihat di taman kanak-kanak di Desa Hantakan, dari pelataran sampai halaman penuh pakaian bekas.

Setiap hari warga berdatangan ke sana memilih. Seperti yang dilakukan Anwar, warga setempat. Ia terus memilih pakaian yang cocok.

"Setiap hari bantuan pakaian bekas selalu datang. Saya pun terus ke sini memilih pakaian untuk pribadi, istri dan anak,” ucapnya.

Menumpuknya pakaian itu tentu bukan tak ada masalah. M Badridin, salah satu tim kesehatan dari Volunteer KUN Tapin, mengatakan dari segi kesehatan tentu ada dampaknya. "Kalau dibiarkan terus-menerus, terkena hujan panas setiap hari akan menjadi sarang bakteri dan kuman. Bisa menyebabkan gatal dan penyakit kulit lain," ucap pria lulusan perawat di Universitas Muhammadiyah Banjarmasin (UMB) ini.

Tidak hanya itu, dari riset yang dipelajari, kalau tumpukan pakaian bekas dibiarkan terlalu lama dan di sekitar ada tanaman yang dikonsumsi oleh manusia, bisa berbahaya. "Menurut riset itu, penyakit yang mengancam paling berbahaya kanker," tuturnya.

Selain dari segi kesehatan, dampaknya juga ada pada lingkungan. Kalau timbunan pakaian bekas dibiarkan lama, bisa berbahaya untuk udara. Karena kerap mengeluarkan gas karbondioksida. "Gas karbondioksida ini muncul akibat adanya kegiatan mikroorganisme pengurai serat sampah pakaian bekas," kata pria yang akrab disapa Ubad.

Sebenarnya, menurut dia, tumpukan sampah pakaian bekas itu bisa diantisipasi. Caranya, sebelum memberikan bantuan, relawan hendaknya melakukan assessment atau koordinasi. "Ini penting dilakukan, supaya semua yang datang dan pergi mengetahui apa saja yang dikerjakan dan wilayah mana harus membutuhkan bantuan," katanya.

Di sinilah volunteer KUN Tapin berperan dalam membantu bencana banjir di HST. Dari awal kedatangan, koordinasi dan assessment selalu dilakukan. Secara langsung ke pejabat yang berwenang baik di tingkat desa maupun kecamatan maupun kepada para penyintas.

"Hasil dari situ kita langsung bergerak memberikan bantuan sesuai dengan keperluan masyarakat yang terdampak banjir," katanya, seraya memberitahukan apa yang dilakukan volunteer KUN Tapin, sesuai arahan dari tim pusat. (*)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

X