Jembatan Alalak Molor Lagi, Antrean dan Macet Bakal Lama

- Rabu, 3 Februari 2021 | 13:48 WIB
MOLOR LAGI: Target waktu penyelesaian Jembatan Sungai Alalak kembali molor. Semula ditargetkan selesai Maret, namun kembali molor hingga September. Tampak proyek jembatan yang belum terhubung pada kedua sisi. | Foto: M Oscar Fraby/Radar Banjarmasin
MOLOR LAGI: Target waktu penyelesaian Jembatan Sungai Alalak kembali molor. Semula ditargetkan selesai Maret, namun kembali molor hingga September. Tampak proyek jembatan yang belum terhubung pada kedua sisi. | Foto: M Oscar Fraby/Radar Banjarmasin

BANJARMASIN - Para sopir angkutan tujuan Kalteng dari Kalsel maupun sebaliknya, harus lebih bersabar. Pasalnya, Jalan Gubernur Syarkawi yang selama ini menjadi akses utama belum bisa ditangani maksimal. Air yang masih pasang menghambat perbaikan.

Sementara, Jembatan Sungai Alalak yang diharapkan sebagai jalan alternatif, sampai saat ini belum selesai dikerjakan. Bahkan, diprediksi baru akan tuntas dan bisa dilewati pada bulan September mendatang. Jika kondisi Jalan Gubernur Syarkawi masih tak bisa dilalui, praktis antrean sopir angkutan untuk diseberangkan dengan feri penyeberangan di Sungai Alalak masih akan lama.

Deputi Proyek Manajer Jembatan Sungai Alalak, Fajrin menyampaikan, pekerjaan jembatan yang sempat terkendala karena faktor cuaca hingga dampak pandemi Covid-19 yang memaksa pekerjaan tak leluasa, akan diperpanjang dengan target tuntas pada bulan September. “Saat ini dalam proses tahapan perpanjangan waktu pekerjaan,” ujarnya.

Semula target tuntasnya pekerjaan jembatan ini pada bulan Maret mendatang. Namun, lantaran ada faktor di luar dugaan, maka pekerjaannya pun sempat tertunda. Belum lagi sebut Fajrin, saat mengerjakan tiang pylon dan erection segment deck jembatan yang pekerjaannya cukup sulit dan tergantung cuaca.

Untuk diketahui, Jembatan Sungai Alalak dibangun dengan model cable stayed dengan tiang jembatan melengkung. Membentuk lengkungan ini diakuinya cukup sulit. Apalagi tiang penyangga hanya disambungkan dengan kabel baja berkekuatan tinggi. Diterangkan Fajrin, pemasangan kabel tak bisa sekaligus. Karena harus mempertimbangkan teknis dan keamaanan saat pelaksanaannya. “Ada urutan tahapan pekerjaan yang harus dikerjakan satu persatu dan tidak bisa dikerjakan bersamaan sekaligus,” terangnya.

Lalu bagaimana dengan Jalan Gubernur Syarkawi yang sebelumnya menjadi jalan khusus bagi angkutan. Apakah bisa dikebut pekerjaannya untuk memudahkan kembali para sopir angkutan? Kepala Balai Pelaksana Jalan Nasional Kalsel, Syauqi Kamal menegaskan, pihaknya tak tutup mata dengan keluhan para sopir angkutan saat ini. Kondisi jalan yang masih tergenang sebutnya, membuat penanganan pekerjaan tak bisa dilakukan cepat.

Dia menyampaikan, beberapa titik jalan yang bisa ditangani sudah dilakukan pengurukan dan ditinggikan. “Tapi tak semuanya bisa. Masih ada yang terendam. Kalau diuruk, material akan larut dibawa air dan sia-sia,” tuturnya kemarin. Ditegaskannya lagi, begitu air sudah mulai kering, tak ada alasan lagi untuk menunda perbaikan jalan tersebut. Apalagi sebutnya, untuk perbaikan ruas jalan di sana sebenarnya sudah terkontrak. “Jalan di sana sangat vital untuk perekonomian. Ini menjadi perhatian kami sekarang,” tegasnya.

Soal permintaan para sopir angkutan agar bisa melintasi Jembatan Sungai Alalak yang lama. Syauqi menerangkan, sesuai kesepakatan dengan forum lalu lintas angkutan jalan, bahwa permintaan tersebut tak bisa dipenuhi. Salah satu alasan, sebutnya, adalah kondisi jembatan yang di bagian bawahnya sudah keropos.

Belum lagi di sampingnya ada pekerjaan jembatan yang dituntut cepat demi membuat kenyamanan pengendara. “Sangat membahayakan kalau dilintasi. Kondisi jembatan sudah tua, makanya dibangun jembatan baru,” sebutnya. Di sisi lain, sopir angkutan barang pecah belah tujuan Kapuas, Kalteng, Effendi mengaku, hanya bisa pasrah dengan kondisi seperti ini. Dia hanya meminta agar pemerintah secepatnya menangani kerusakan Jalan Gubernur Syarkawi. “Solusinya hanya itu dan Jembatan Sungai Alalak tuntas,” sebutnya.

Jika keduanya lamban dikerjakan, yang paling mengalami kerugian adalah para sopir. “Tak hanya waktu, juga tenaga. Saya saja antre diseberangkan sejak pukul 23.00 Wita kemarin,” ucapnya. Antrean panjang sopir angkutan untuk diseberangkan dengan kapal feri LCT, berdampak dengan kemacetan arus Jalan H Hasan Basri. Jam-jam padat seperti sore hari, kemacetan tak bisa terhindarkan. Apalagi akses jalan alternatif, yakni Jembatan Perumnas yang menghubungkan dengan Handil Bakti, hanya bisa dilalui secara bergantian.

Anida, warga Komplek Griya Permata, Handil Bakti, mengaku sudah tak sabar Jembatan Sungai Alalak selesai. Bagaimana tidak, waktu perjalanan yang biasanya hanya 15 menit ke pusat Kota Banjarmasin, sejak dibangunnya jembatan baru, dia butuh waktu hampir setengah jam. “Apalagi akhir-akhir ini macetnya tambah parah,” keluhnya. (mof/tof/ema)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X