Handil Bakti

- Kamis, 4 Februari 2021 | 14:19 WIB

SEPANJANG Jalan Hasan Basri, arah keluar kota, separuhnya tertutupi antrean truk. Sudah berhari-hari.

=========================
Oleh: Muhammad Syarafuddin
Editor Halaman Metropolis Radar Banjarmasin
=========================

Penyebabnya, Jalan Gubernur Syarkawi rusak berat karena terendam banjir. Sementara proyek jembatan baru di perbatasan molor.

Praktis, para sopir harus bergantung kepada dermaga feri di Kayu Tangi Ujung. Apesnya, tarif menyeberangi Sungai Alalak dinaikkan.

Lolos dari antrean berjam-jam, pasokan barang menuju Palangkaraya itu masih diuji Jalan Trans Kalimantan yang penuh jebakan.

Sesekali ada saja truk yang terjungkal akibat melindas kubangan. Menimbulkan kemacetan parah.

Kalau ongkir membengkak, jangan heran terjadi kenaikan harga barang. Benar-benar amat membantu di tengah resesi ekonomi.

Handil Bakti memang cuma sebuah kelurahan di Kabupaten Barito Kuala. Tapi ingat lah perannya sebagai daerah penyangga ibu kota provinsi.

Selain vital untuk lalu lintas Kalsel-Kalteng, Handil Bakti juga mengurangi beban permukiman di Banjarmasin.

Selama satu dua dekade terakhir, pembangunan perumahan di daerah penyangga begitu pesat.

Ada banyak warga yang lahir dan bekerja di Banjarmasin. Tapi mencicil rumah dan tidur di Handil Bakti.

Handil Bakti di sisi utara, sama pentingnya dengan daerah penyangga lain. Seperti Sungai Tabuk di timur atau Kertak Hanyar dan Gambut di selatan.

Namun, daerah penyangga cuma diungkit dalam pidato kepala daerah. Sesekali dikutip dalam perda. Beberapa kali disebut dalam dokumen rencana pembangunan daerah (baik jangka menengah, panjang, atau sampai tempo yang tidak ditentukan).  

Setelah itu, dilupakan. Terdengar keras? Saya hanya menyampaikan keluhan kawan-kawan yang tinggal di Handil Bakti.

Banjir ini menyadarkan mereka. Pemkab tidak hadir di Handil Bakti. Pemprov terlampau asyik berbagi paket sembako. Dan pemko enggan mengurusi masalah di luar perbatasan.

Sampai-sampai ada kelakar. Bahwa Handil Bakti langsung dinaungi pemerintah pusat. Jadi biarlah presiden yang mengurusnya. Toh Jembatan Alalak juga proyek kementerian.

Bila ada yang merasa tersindir, maka bagus. Dan wajar bila warga Handil Bakti dongkol. Karena sebelum banjir pun, kemacetan sudah rutin pada pagi dan sore hari.

Sampai sini, bila Anda bertanya solusi, sebenarnya sudah ada sejak akhir tahun 2012.

Kala itu, saya meliput kedatangan Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto ke Banjarmasin. Di depan gubernur, dua wali kota dan tiga bupati, Djoko meneken prasasti Banjar Bakula.

Banjar Bakula adalah program metropolitan baru di luar Pulau Jawa. Mencakup Banjarmasin, Banjarbaru, Banjar, Tanah Laut dan Barito Kuala. Dan pemprov menjadi sekretariat besarnya.

Tujuannya mulia sekali. Agar kolaborasi tak sekadar menjadi slogan.

Kelima pemda mengeroyoki masalah bersama. Semisal stok air baku, sampah, hingga transportasi massal. Berbagi sumber daya, mengenyahkan gengsi, saling menolong.

Tapi, pada hari-hari ini, siapa yang masih mengingat Banjar Bakula?

Bahkan akronimnya bagus sekali. Dalam bahasa Urang Banjar, 'bakula' artinya bersaudara atau berkerabat. Artinya, masalah di Handil Bakti juga masalah 'kula' kita. (*)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB
X