Dampak Banjir Kalsel: Korban Meninggal Capai 33 Orang, Perkebunan dan Peternakan Merugi Belasan Miliar

- Jumat, 5 Februari 2021 | 14:47 WIB

BANJARBARU - Selain merusak sejumlah infrastruktur, banjir dahsyat yang menerjang 11 kabupaten/kota di Kalsel juga memakan banyak korban jiwa.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalsel, (4/1) mencatat ada tambahan tiga korban meninggal dunia dari Hulu Sungai Tengah (HST). Ketiga korban ini sebelumnya dinyatakan hilang. Namun selama tiga pekan tak juga ditemukan, mereka akhirnya dinyatakan meninggal dunia.

Dengan tambahan tersebut, maka jumlah korban jiwa dalam bencana banjir di Banua mencapai 33 orang.

Terkait tiga korban hilang yang dinyatakan meninggal dunia, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) HST, Budi Haryanto menyebut bahwa pihak keluarga telah berbesar hati atas musibah ini.

"Sebelumnya dibuat laporan orang hilang, karena jasadnya belum ditemukan. Tapi keluarga menyatakan, jasad kemungkinan tertimbun di reruntuhan dan longsoran tanah," ujarnya.

Selain itu, dia mengungkapkan, berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat, apabila lebih dari tujuh hari hilang dan tidak juga ditemukan maka keluarga meyakini korban telah meninggal terkubur dalam reruntuhan. "Setelah lebih dari 7 hari, juga sudah diaruh adat. Diikhlaskan," ungkapnya.

Selain upacara adat, Budi menyebut, keluarga korban lainnya juga ada yang melakukan salat gaib sebagai bentuk penghormatan terakhir atas meninggalnya kerabat mereka.

Atas kejadian ini, Kepala Dinas Sosial Kalsel, Siti Nuriyani menyarankan agar pihak keluarga mengajukan usulan agar mendapat bantuan dari Kementerian Sosial. Untuk besaran, keluarga korban bakal mendapatkan santunan sebesar Rp15 juta.

"Nanti kami berikan surat pengantar. Hari ini dari kabupaten Banjar sudah masuk usulan," katanya.

Sementara itu, masih belum stabilnya kondisi pasca banjir besar, Pemprov Kalsel kembali memperpanjang status tanggap darurat bencana selama tujuh hari. Terhitung sejak  (3/2).

Plt Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalsel, Mujiyat menuturkan, perpanjangan status menindaklanjuti beberapa kabupaten yang sudah lebih dulu menyatakan perpanjangan status tanggap darurat. Seperti, Kabupaten Barito Kuala, Banjarmasin, Banjar, HST, Tabalong dan Tanah Laut.

"Ini juga mengingat secara normalisasi keadaan pasca-banjir belum terselesaikan secara tuntas," tuturnya.

Kendati diperpanjang, secara data jumlah pengungsi banjir di Kalsel terus menurun. Kemarin, hanya tersisa 20.791 orang dari total 135.656 pengungsi. Dari indikator tersebut, diharapkan masa tanggap darurat dapat dipercepat untuk proses pemulihan selanjutnya.

Terkait logistik pemenuhan kebutuhan posko pengungsian, Mujiyat mengatakan penyaluran bantuan masih terus berjalan. Stok sembako di BPBD juga masih cukup untuk melayani kabupaten yang terdampak parah.

38.400 Hektare Padi Puso

Sejumlah sektor vital sangat terpukul ketika bencana banjir menimpa 11 kabupaten/kota di Banua. Di antaranya perkebunan dan peternakan. Pemprov Kalsel mencatat dua sektor ini mengalami kerugian belasan miliar lantaran terjangan banjir.

Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalsel, Suparmi mengatakan, berdasarkan data sementara yang mereka himpun dari kabupaten/kota, sektor peternakan mengalami kerugian paling besar. Yakni, Rp8.388.595.000. Sedangkan perkebunan merugi Rp7.144.480.000.

"Jadi total kerugian sementara dari dua sektor ini mencapai Rp15.533.075.000. Data masih terus bergerak, setiap hari kami himpun," katanya kepada Radar Banjarmasin.

Dia mengungkapkan, khusus untuk sektor peternakan, kerugian besar terjadi dikarenakan sejumlah hewan ternak hanyut diterjang banjir. Mulai dari sapi, kerbau, kambing hingga ayam. "Termasuk kerusakan pada kandangnya," ungkapnya.

Lanjutnya, dari sejumlah daerah yang diterjang banjir, ada tiga kabupaten/kota yang mengalami kerugian paling besar: Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Tanah Laut dan Kota Banjarbaru. "Di tiga daerah ini ada ribuan hewan ternak yang terdampak banjir," ujarnya.

Sementara untuk sektor perkebunan, Suparmi menyampaikan, ada sejumlah komoditas tanaman yang terdampak banjir. Seperti, karet, sawit, kelapa dalam, kopi dan lada. "Beberapa unit pengolahan dan infratruktur seperti jalan dan jembatan kebun juga rusak akibat tergenang banjir," ucapnya.

Di sektor ini, dia menyebut, kerugian paling banyak dialami oleh para pekebun di Kabupaten Banjar dan Hulu Sungai Tengah. "Daerah-daerah ini memang banjirnya cukup besar. Jadi perkebunan yang terendam juga paling luas," sebutnya.

Terkait kerugian yang dialami sektor peternakan dan perkebunan, Suparmi menuturkan bahwa pihaknya berupaya agar semua peternak dan pekebun yang terdampak banjir mendapatkan bantuan.

"Kami ingin semua dapat bantuan dari sumber mana pun, untuk meringankan beban hidup mereka. Ini demi bangkitnya ekonomi pekebun dan peternak. Kalau tidak, akan brdampak kepada penurunan kesejahteraan mereka," tuturnya.

Diungkapkannya, saat ini pihaknya tengah mengomunikasikan bantuan untuk para pekebun dan peternak melalui beberapa jalur. Mulai dari APBD Pemprov Kalsel, APBN melalui kementerian terkait, serta Badan Pengelolaan dan  Pembangunan Kelapa Sawit (BPPKS).

"Di BPPKS ada beberapa program bantuan khusus untuk sawit. Pada kondisi saat ini, kita bisa mengusulkan bantuan melalui sarpras bencana. Seperti penanaman kembali tanaman yang rusak, serta bantuan pupuk dan saprodi lainnya," ungkapnya.

Di luar BPPKS, Suparmi menyampaikan, pihaknya sudah mengusulkan bantuan untuk peternak dan pekebun terdampak banjir ke Pemprov Kalsel. "Saat ini datanya masih terus dihimpun. Bantuan nanti bisa dalam bentuk peremajaan, bantuan bibit, pestisida dan perbaikan sarpras yang rusak," ucapnya.

Sedangkan dari pemerintah pusat, disampaikannya Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan serta Dirjen Perkebunan merespons baik, ketika pihaknya mengomunikasikan terkait dampak bencana banjir yang menimpa para pekebun dan peternak di Banua. "Kata mereka, bakal ada refocusing untuk membantu sektor peternakan dan perkebunan," katanya.

Sementara itu, selain peternakan dan perkebunan, sektor pertanian juga turut terpukul dalam bencana banjir dahsyat yang melanda Banua. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalsel mencatat, hingga kini sudah ada 90.000 hektare sawah yang terendam. Dari luasan tersebut, 38.400 hektare di antaranya dipastikan tanaman padinya mengalami puso atau gagal panen.

Kepala Dinas TPH Kalsel, Syamsir Rahman menyatakan, dari puluhan ribu lahan sawah yang mengalami puso, sebagian besar berada di Kabupaten Banjar, Tanah Laut dan Batola. "Untuk yang puso ini, kami sudah mempersiapkan bantuan dari Kementerian Pertanian berupa benih unggul untuk 50 ribu hektare," paparnya.

Penyerahan bantuan benih kata Syamsir, secara langsung akan diberikan oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Selasa (2/2) nanti. "Pak Menteri nanti berkunjung ke Kalsel bersana Dirjen Tanaman Pangan Holtikultura dan Dirjen Sarana Prasarana," ujarnya.

Dibeberkannya, selain menyerahkan bantuan, agenda Mentan dalam kunjungannya ke Kalsel juga untuk meninjau lokasi sawah bekas terkena banjir dan yang masih terendam. "Karena ada puluhan hektare sawah yang terendam, tapi masih selamat. Sebab, air cuma lewat," bebernya.

Terkait banyaknya padi yang puso, dia memastikan ketahanan pangan Kalsel masih aman. Karena stok beras di Banua saat ini masih surplus. "Hingga empat bulan ke depan beras kita masih cukup. Serta, masih ada lumbung pangan di kabupaten yang tidak terendam. Di bulog juga masih ada stok," pungkasnya. (ris/ran/ema)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X