Jualan Sepi di Tahun Sapi, Omzet Pedagang Hiasan Imlek Merosot

- Sabtu, 6 Februari 2021 | 18:53 WIB
TERDAMPAK PANDEMI: Toko pernak-pernik Imlek di Jalan Veteran. Mereka kehilangan keuntungan hingga 90 persen. | FOTO: ENDANG SYARIFUDDIN/RADAR BANJARMASIN
TERDAMPAK PANDEMI: Toko pernak-pernik Imlek di Jalan Veteran. Mereka kehilangan keuntungan hingga 90 persen. | FOTO: ENDANG SYARIFUDDIN/RADAR BANJARMASIN

 Tanpa kemeriahan perayaan tahun baru Tionghoa, toko pernak-pernik Imlek milik Mei Ching pun sepi.

-- Oleh: ENDANG, Banjarmasin --

TOKO milik perempuan 75 tahun itu berada di Jalan Veteran, Banjarmasin Timur. Plang tokonya tertulis nama 'Nirmala'.

Ketika penulis tiba di sana, kemarin (5/2) pagi, Mei Ching sedang duduk di depan toko bersama dua calon pembeli. "Tunggu dulu ya, mas," ujarnya ramah.

Dalam cerita Mei, Nirmala berdiri sejak 40 tahun silam. Sebelumnya kios kecil saja. Sejak Jalan Veteran dilebarkan, ia memberanikan diri membangun ruko.

Sebelum pandemi corona, menjelang Imlek, ramai warga Tionghoa yang datang untuk membeli perlengkapan sembahyang.

Mei bisa meraup omzet Rp5 juta sampai Rp6 juta per hari.

Gara-gara pagebluk, buka sejak jam 7 pagi sekalipun, tetap saja sepi. "Keuntungan hilang sampai 90 persen. Sekarang, mencari sejuta pun sulit," keluhnya.

Tapi Mei memahami, bukan hanya ia yang terdampak. Apalagi Banua masih berduka, Banjarmasin dan kabupaten tetangga diterjang banjir parah.

"Biasanya langganan dari Barabai selalu datang. Tahun ini tidak terlihat. Mungkin mereka juga tertimpa musibah," tambahnya.

Apa saja yang dijual Mei? Ada lampion. Ini barang wajib selama Imlek. Bagi masyarakat Tionghoa, lampion adalah simbol sebagai penerang kehidupan serta pembawa kebahagiaan.

Lalu, hio (dupa) dan lilin berbagai ukuran. Ini perlengkapan sembahyang di kelenteng atau di rumah.

Terakhir, rasanya kurang lengkap kalau tak menyebut angpao. Amplop merah itu diisi uang kertas. Lazimnya dibagikan kepada anak-anak. Atau bagi yang masih melajang.

"Sebenarnya, angpao itu bukan soal isinya. Melainkan doanya. Mudah-mudahan si anak lekas besar dan diberi kesehatan," jelasnya.

Biasanya, menjelang Imlek, Mei akan menambah stok di gudangnya. Tahun ini, dia tak berani. "Hiasan gantungan saja belum laku-laku. Yang masih banyak dibeli cuma angpao," sebutnya.

Sama seperti kita, Mei juga merindukan kehidupan normal. Tanpa harus dihantui ancaman wabah. "Tahun ini tahun sapi. Jadi harus bekerja keras, persis kayak sapi. Kalau tak kerja ya tak makan," tutupnya.

Karena lonjakan kasus COVID-19 di Banjarmasin belum bisa diredam, perayaan Imlek tahun ini dipastikan tak semeriah dulu. Contoh, Kelenteng Soetji Nurani di Jalan Veteran meniadakan atraksi Barongsai yang biasanya menyedot banyak pengunjung. (fud/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Rem Blong, Truk Solar Hantam Dua Rumah Warga

Kamis, 28 Maret 2024 | 19:00 WIB

Masalah Pendidikan Jadi Sorotan Ombudsman

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:50 WIB

Gempa 3,3 Magnitudo Guncang Kotabaru

Kamis, 28 Maret 2024 | 15:58 WIB

Januari hingga Maret, 7 Kebakaran di Balangan

Selasa, 26 Maret 2024 | 15:35 WIB
X