Jalur Neraka di Lingkar Utara

- Senin, 8 Februari 2021 | 16:24 WIB
MENUNGGU DIEVAKUASI: Dua truk terperosok kubangan lumpur di Jalan Gubernur Syarkawi, Sabtu (6/2) lalu. Kondisi seperti itu terulang setiap harinya. | Foto: Wahyu Ramadhan/Radar Banjarmasin
MENUNGGU DIEVAKUASI: Dua truk terperosok kubangan lumpur di Jalan Gubernur Syarkawi, Sabtu (6/2) lalu. Kondisi seperti itu terulang setiap harinya. | Foto: Wahyu Ramadhan/Radar Banjarmasin

Jalan Gubernur Syarkawi bak neraka. Kubangan lumpur memenuhi jalur lingkar utara yang menghubungkan Kabupaten Banjar dan Kabupaten Barito Kuala itu.  Berhari-hari ratusan sopir dipaksa bertahan. Melintas dan lolos di ranjau yang satu, belum tentu lolos di ranjau lainnya.

-- Oleh: M OSCAR FARABY dan WAHYU RAMADHAN --

"Syukur kamu ke sini waktu cuaca cerah. Kalau hujan, jalanan jadi 'bubur'. Beceknya sampai segini," tutur Hj Idah, sembari meletakkan telunjuknya ke atas mata kakinya.

Perempuan 52 tahun ini pemilik salah satu warung di kawasan Jalan Gubernur Syarkawi, Kabupaten Banjar. Ruas jalan sepanjang lebih dari 20 kilometer itu kini menjadi perhatian.

Bukan tanpa alasan, melainkan karena medannya yang kini semakin sulit untuk dilalui.

Jauh sebelum banjir melanda Provinsi Kalsel, pada 10 Januari lalu, lingkar utara sudah jauh dari kata mulus. Kondisinya memilukan. Lubang-lubang bertebaran. Dengan lebar dan kedalaman yang bervatiatif. Jumlah lubang puluhan, hingga ratusan.

Mirisnya, kondisi itu kian mengenaskan ketika banjir melanda. Lubang yang semula berserak, kini bertambah parah. Menjelma kubangan berlumpur. Bahkan, sebagian lebar jalan tak lagi mampu digunakan berselisih truk angkutan. Ambrol lantaran tak kuat menahan banjir.

Padahal, ruas jalan ini biasa menjadi akses vital yang menjadi jalur pemasok berbagai macam kebutuhan macam kebutuhan pokok, bahan makanan, BBM, serta barang ekspedisi lainnya dari dan ke Kalsel.
 
Pada Sabtu (6/2) yang terik, tepat di seberang warung Hj Idah, berbagai truk tampak berbaris. Ada truk tronton, trailer, container, fuso, box, hingga pick-up. Mengular, yang panjangnya antrean diperkirakan mencapai lima kilometer.

"Kondisi ini, sudah terlihat sejak banjir melanda," beber Hj Idah.

Di kawasan itu, ruas jalan masih bisa dilalui kendaraan bermotor. Karena lumpur di beberapa bagian jalan sudah mengeras. Sehingga jauh dari kemungkinan, kendaraan bermotor bakal tak bisa melintas.

Kalau pun ada halangan, itu hanya karena kontur jalannya saja yang tak lagi rata.

Namun, kondisi itu berubah drastis ketika bejarak sekira dua kilometer dari antrean. Di sini, jalan hanya bisa dilalui bergantian. Tak lagi bisa dilalui berselisihan karena salah satu sisinya ambrol. Artinya, hanya satu sisinya saja yang lagi tersisa.

Dari pantauan Radar Banjarmasin, ambrolnya ruas jalan itu, panjangnya mencapai lebih dari duapuluh meter. Dengan kedalaman melebihi pinggang orang dewasa. Berair dan berlumpur.

Kerusakan itu menjadi salah satu penyebab mengapa antrean truk tampak mengular. Dan ya, masih ada hal lain yang menjadi penyebabnya. Berjarak tak sampai satu kilometer dari ruas jalan yang ambrol, ada hambatan lainnya.

Yakni, banyaknya kubangan berlumpur. Tidak sedikit truk yang mencoba melintas terjebak dan tak lagi bisa bergerak. Di sini, kedalaman kubangan bahkan mencapai lutut orang dewasa.

Tak ayal, semakin menambah sengsara para sopir angkutan. Dan dari sinilah, perjuangan para sopir dimulai. Berhari-hari, mereka dipaksa bertahan. Karena ketika lolos di kubangan yang satu, belum tentu bisa lolos di kubangan lainnya. Paling nahas, truk bisa saja terguling.

Siang itu, adalah siang ketiga yang dialami Andika. Sopir truk kontainer asal Batulicin itu tak mampu berbuat apa-apa kecuali harus bersabar. Menunggu giliran untuk melibas kubangan lumpur. "Sudah dua malam saya di sini. Rencana membawa pasokan terpal dari Batulicin menuju Handil Bakti," bebernya.

Melewati malam di kawasan tersebut sungguh menyesakkan. Lelaki asal Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, itu mengaku mesti menyetok logistik berupa makanan dan minuman untuk bertahan.

"Kalau tidak, di mana bisa beli air minum dan makanan. Kan warung sudah jauh, putar balik sudah tidak mungkin. Semoga saja tidak bermalam lagi, di sini" harapnya.

Bila Andika menyetok logistik, berbeda dengan supir truk lainnya, Rusdi. Selama mengantre, ia sudah menghabiskan uang sebesar Rp150 ribu. Untuk dirinya, dan sang rekan, Anang.

Kedua lelaki itu, mengaku sudah satu malam mengantre. Itu pun masih dengan hati yang masygul. Rusdi mengaku khawatir, truknya tak mampu bertahan melewati kubangan berlumpur. Maklum, kondisi truknya sudah cukup tua.

Lelaki 30 tahun itu mengaku perlu berhati-hati mengemudikan truknya. Karena kondisi jalanan yang rusak bisa membuat as roda truk patah.

"Ini truk pribadi mas. Kerusakan otomatis ditanggung sendiri. Harga as roda, Rp950 ribu. Ditambah upah bengkel, totalnya bisa mencapai lebih sejuta," tuturnya.

Truk yang dikemudikan lelaki 30 tahun itu mengangkut pupuk untuk kelapa sawit. Dibawa dari Pelaihari, menuju Sampit di Provinsi Kalimantan Tengah.

"Belum tahu apakah bakal kembali bermalam di sini, atau bisa lolos. Semoga dilancarkan," harapnya.

Sekali lagi, tak mudah melalui jalur tersebut. Selain mengantre berhari-hari, kesaksian lain juga diungkapkan oleh Sabar. Ia seorang supir truk tronton mengangkut air minum kemasan dengan tujuan Palangkaraya.

Ia menuturkan, dibandingkan ketika jalanan masih terendam air, sekarang inilah menurutnya yang paling parah.

Ia menghitung, ketika jalanan masih terendam air, hanya mengalami kemacetan sebanyak empat kali hingga sampai ketujuan."Karena waktu jalanan terendam banjir, hanya truk besar yang bisa melintas. Kalau truk kecil pasti mogok," bebernya.

Lantas, bagaimana dengan sekarang? Ketika air mulai surut dan menyisakan kubangan, truk kecil pun mulai memberanikan diri melintas. Namun, bukan berarti itu perkara mudah.

Lelaki 42 tahun itu masih mengingat dengan jelas peristiwa beberapa hari lalu. Di hadapannya, truk terguling hingga terendam. "Tuh, di kubangan itu. Sebelum diuruk, dulu airnya sampai seleher. Dikira dulu surut. Betkali-kali saya lihat truk yang terjebak di situ," tambahnya.

 Radar Banjarmasin mencoba menyusuri ruas Jalan Gubernur Syarkawi dengan roda dua. Memang susah.  Jalanan, di beberapa bagian berlapis lumpur yang tingginya melebih mata kaki.

"Kondisi ini tidak hanya membuat kasihan para sopir truk. Warga sini pun merasakan kesulitan melintas. Saya harap pemerintah bisa segera melakukan perbaikan," tutur warga Lokbaintan Dalam, Agus.

Di sisi lain, dari hasil pantauan, sedikitnya ada lebih dari empat titik tetparah yang perlu diwaspadai pengguna jalan. Khususnya pengemudi truk.

Titik terakhir, berjarak sekira 16 kilometer dari Kota Banjarmasin. Atau berjarak sekira empat sampai lima kilometer dari perempatan Jalan Handil Bakti, Kabupaten Batola.

Di sini, tak sedikit truk yang juga tak lagi mampu meneruskan perjalanan. Ban truk, terperosok hingga membuat badan truk menjadi miring. Nekat memaksakan bangkit, besar kemungkinan bakal terguling.

"Ini sudah dua truk yang terjebak. Artinya, tersisa satu ruas jalan yang masih bisa dilewati baik arah ke luar maupun ke dalam. Bila sampai ada truk lainnya terjebak, maka selamat datang macet total," tutur Udin, pengemudi truk kedua yang terjebak.

Tak mudah untuk bisa keluar dari kubangan lumpur. Truk yang sudah terpersok dan tak bisa lagi bergerak, harus menunggu truk lain yang kiranya mampu mengevakuasi.

Evakuasi minimal memerlukan dua truk. Satu mendorong di bagian belakang truk, dan satu truk lainnya menarik bagian depan dengan tali khusus.

Sayangnya, tidak semua truk memiliki kekuatan atau fasilitas untuk menarik truk yang terbenam itu. Dan kalau pun mampu, proses evakuasi berlangsung cukup lama. "Bahkan ada yang berjam-jam mas. Malam tadi, yang saya tahu sampai jam tiga malam baru bisa lolos," ucap Andika, salah satu sopir truk kontainer.

Siang itu, Sabtu (6/2) truk berkelir oranye terperosok di salah satu titik kubangan berlumpur di Jalan Gubernur Syarkawi. Membuat truk itu miring ke samping.  Syukurlah, meski truk trailer 'terengah-engah', evakuasi berlangsung sukses. Waktunya pun tidak berlangsung lama. Hanya sekitar belasan menit.

"Tadi sudah mencari tali untuk menarik bagian depan truk oranye, agar memudahkan proses evakuasi. Sayangnya, tak ada yang punya. Beruntung masih bisa dengan diorong. Kalau tidak, jalanan bisa terhambat lagi," beber Anang, warga setempat.

Menurut Anang, saling tolong menolong antar sopir adalah kunci. Karena apabila dibiarkan, maka kemacetan akan semakin parah. Dan sudah tentu, berimbas pada pasokan bahan yang dibawa oleh para sopir truk.

Jalan lingkar utara adalah rute sepanjang  27 kilometer. Jalan ini dinamakan menggunakan nama salah seorang Gubernur Kalsel era 1960-an. Pembangunan lingkar utara tersebut dimaksudkan untuk mengurangi kepadatan arus lalu lintas lewat dalam kota Banjarmasin. Armada truk yang masuk Kalsel dari Kalteng biasa melewati rute ini demikian juga sebaliknya.

Tak Ada Pilihan Selain Masuk Kota

  Tak bisa dilintasinya Jalan Gubernur Syarkawi membuat Jalan Brigjen H Hasan Basri di Kayutangi menjadi akses utama angkutan dari dan keluar Kalsel.
 
Truk angkutan bermuatan besar yang sedianya tak bisa masuk kota akhirnya harus masuk. Tentu saja ini membawa konsekuensi yang besar. Jalan kota juga bakal terancam rusak. 

“Tak ada pilihan lagi. Waktu normal, begitu keluar dari Pelabuhan Trisakti, kami lewat Jalan Lingkar Selatan (Jalan Gubernur Soebarjo) dan masuk ke Jalan Gubernur Syarkawi. Tapi sekarang ketika di sana rusak, mau tak mau masuk ke kota,” tutur Hakim, sopir kontainer yang membawa alat rumah tangga dengan tujuan Kalteng kemarin.

Hal senada dituturkan Gani. Sopir angkutan itu menyebut kondisi Jalan Gubernur Syarkawi yang rusak parah  membuat dirinya tak ada pilihan selain masuk kota. “Mau lewat mana lagi. Hanya lewat feri solusi saat ini,” keluhnya.

Melintas masuk kota memang harus diseberangkan dengan feri penyeberangan meski ini akan banyak membuang waktu. Bagaimana tidak, untuk bisa mendapat giliran diseberangkan, dia rela antre 10 jam sebelumnya. “Harus nginap dulu. Lihat saja antreannya panjang sekali,” tuturnya.
 
Kepala Balai Pelaksana Jalan Nasional Kalsel, Syauqi Kamal  berharap tak terjadi kerusakan parah di titik masuk kota. Syauqi mengungkapkan anggaran pemeliharaan rutin ruas jalan Kota Banjarmasin yang berstatus jalan nasional hanya sekitar Rp5 miliar. “Semoga saja tak rusak parah juga. Sehingga anggaran untuk pemeliharaan yang ada cukup,” ujarnya. (*/ran/ema)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB
X