PROKAL.CO,
BANJARMASIN - Banjir bukan faktor utama yang membuat Jalan Gubernur Syarkawi hancur. Jauh sebelum banjir, jalur lingkar utara ini sudah mengalami kerusakan yang cukup parah.
Disinyalir, kerusakan jalur ini karena dilintasi beban angkutan yang di luar ketentuan. Hal ini bisa dilihat dari truk yang saat ini terjebak bermuatan besar dan overdimensi. Padahal beban jalan tak mampu menahannya.
Parahnya, jembatan timbang untuk mengukur dimensi angkutan tak tersedia di pintu masuk jalan ini. Jembatan timbang hanya ada di perbatasan Anjir-Kapuas untuk masuk atau keluar Kalsel. Di titik lain, yakni pintu masuk di Km 17 Jalan Ahmad Yani, tak ada.
Jembatan timbang pernah ada di Jalan Ahmad Yani Km 18. Namun sudah tak aktif lagi karena penempatannya tak strategis dan dinilai tak efektif. Tak aktifnya lagi jembatan timbang ini dan terlihat kurangnya pengawasan dari aparat gabungan membuat kerusakan jalan pun hanya menunggu waktu.
Memang yang paling terdampak adalah para sopir angkutan sendiri. Mereka tak bisa lagi leluasa membawa barang angkutan. Jalan Gubernur Syarkawi sendiri mulai diserahkan kepada pemerintah pusat, beralih status dari jalan provinsi ke jalan nasional sejak tahun 2015.
Kala itu ruas jalan ini tentu tak sepadat sekarang. Apalagi kondisi tanah di bawahnya pun masih kuat. Namun, seiring berjalan angkutan semakin ramai dengan truk-truk besar yang mengangkut melebihi tonase.