Tren Ekonomi Kalsel Menurun, Ketahanan Finansial Mendesak untuk Dibangun

- Rabu, 10 Februari 2021 | 15:09 WIB

BANJARBARU - Setelah sempat tumbuh positif 3,26 persen pada triwulan III-2020, ekonomi Kalsel pada triwulan IV-2020 secara q-to-q pertumbuhannya kembali mengalami kontraksi.

Dalam data Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel yang baru saja dirilis menyebutkan, pertumbuhan ekonomi Kalsel triwulan IV-2020 dibandingkan triwulan III-2020 (q-to-q) minus 0,58 persen.

Sedangkan secara y-on-y atau perbandingan antara triwulan IV-2020 dan triwulan IV-2019 pertumbuhan ekonomi Kalsel mengalami kontraksi -2,94 persen.

Kemudian, dalam perbandingan kumulatif dari tahun sebelumnya (c-to-c) ekonomi Kalsel pada 2020 terkontraksi -1,81 persen. Berdasarkan data BPS Kalsel, angka ini menjadi yang terdalam sejak 2011 (lihat grafis).

Kepala BPS Kalsel, Moh Edy Mahmud mengatakan, ada beberapa hal yang mempengaruhi perekonomian Kalsel. Di antaranya, pertumbuhan ekonomi global selama 2020 yang diprediksi mengalami pertumbuhan -3,5 persen akibat pandemi Covid-19.

"Beberapa mitra dagang Kalsel juga terdampak. Cina pada 2020 hanya tumbuh 2,3 persen, setelah 2019 mencapai 6,1 persen. Sedangkan Singapura terkontraksi -5,8 persen," katanya.

Selain fenomena global, dia mengungkapkan ada beberapa catatan yang membuat perekonomian Kalsel terpuruk. Salah satunya, turunnya nilai ekspor batu bara sebagai komoditas unggulan. "Ekspor batu bara turun sampai 29,56 persen dibandingkan 2019. Selain itu, ekspor CPO juga turun 20,22 persen," ungkapnya.

Di samping itu, disampaikan Edy, berdasarkan PDRB dari sisi lapangan usaha pada triwulan IV-2020 juga ada beberapa sektor yang mengalami kontraksi. Yang paling terdalam adalah pertanian, dengan -25,92 persen. Diikuti transportasi dan pergudangan sebesar -8,37 persen. "Lalu, perdagangan minus 7,84 persen dan industri pengolahan minus 7,26 persen," ucapnya.

Sedangkan PDRB menurut pengeluaran, dia menyampaikan, pada triwulan IV-2020 (y-on-y) semua komponen mengalami kontraksi yang cukup dalam. Kedalaman tertinggi ialah komponen ekspor, yang mencapai -17,30 persen. Disusul impor, -14,31 persen; PMTB, -4,36 persen; konsumsi LNPRT, -4,34 persen dan konsumsi pemerintah, -1,38 persen.

"Pengeluaran konsumsi rumah tangga (PKRT) juga kontraksi sampai minus 1,03 persen, ini menunjukkan efek pandemi sangat dirasakan oleh masyarakat," paparnya.

Di sisi lain, Pengamat Ekonomi dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Syahrituah Siregar mewanti-wanti agar ada inovasi dari seluruh pihak untuk menjaga sejumlah jenis bisnis yang masih bisa berjalan normal. Baik, di tingkat lokal, nasional maupun global.

"Karena perekonomian sangat tergantung pada pola antisipatif pelaku ekonomi yang ada. Sebab, sekarang masalahnya jelas, ekonomi di dunia sedang melambat," katanya.

Dia juga menyarankan supaya semua pemegang kebijakan. Baik pebisnis maupun pemerintah mulai berhitung ketahanan finansialnya, untuk melihat bisa bertahan berapa lama.

"Cari juga jalur-jalur bisnis terbuka di saat ini, apa yang semakin dibutuhkan orang ketika lama di kantor dan di rumah lantaran pandemi. Misal dengan kontak hanya via online," pungkasnya. (ris/ran/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Januari hingga Maret, 7 Kebakaran di Balangan

Selasa, 26 Maret 2024 | 15:35 WIB

Warga HSU Dilarang Bagarakan Sahur Pakai Musik

Selasa, 26 Maret 2024 | 15:15 WIB

Wilayah Kalsel Rawan Diguncang Gempa

Selasa, 26 Maret 2024 | 13:45 WIB
X