Terlalu Bergantung Ekspor Bahan Mentah, Ayo Mulai Hilirisasi Industri Demi Ketahanan Banua

- Kamis, 11 Februari 2021 | 16:02 WIB
KETERGANTUNGAN: Batu bara menjadi salah satu bahan mentah yang diekspor Kalimantan Selatan. Kalau terus-terusan bergantung terhadap ekspor bahan mentah, bisa melemahkan pertumbuhan ekonomi Kalsel. | Foto: Kaltim Post
KETERGANTUNGAN: Batu bara menjadi salah satu bahan mentah yang diekspor Kalimantan Selatan. Kalau terus-terusan bergantung terhadap ekspor bahan mentah, bisa melemahkan pertumbuhan ekonomi Kalsel. | Foto: Kaltim Post

BANJARBARU - Ekonomi Kalsel selama ini sangat bergantung dengan ekspor bahan mentah atau setengah jadi, seperti batu bara, Crude Palm Oil (CPO), karet dan kayu lapis. Sehingga ketika ekonomi global melemah maka pertumbuhan ekonomi Kalsel juga ikut terpuruk.

Pada 2020 misalnya, ketika ekonomi dunia terguncang akibat pandemi Covid-19, BPS Kalsel mencatat pertumbuhan ekonomi Banua secara kumulatif dari tahun sebelumnya (c-to-c) juga terdampak. Yakni, terkontraksi hingga -1,81 persen.

Melihat kondisi ini, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kalsel Nurul Fajar Desira menyampaikan, untuk ketahanan ekonomi Banua, Pemprov Kalsel akan mentransformasi struktur ekonomi dari dominasi bahan mentah atau setengah jadi menjadi barang jadi. "Atau istilahnya disebut dengan hilirisasi industri," katanya kepada Radar Banjarmasin, kemarin.

Dia mengungkapkan, selama ini Kalsel punya empat komoditas ekspor unggulan: batu bara, CPO, karet dan kayu lapis. Dengan hilirisasi industri, penghasilan penjualan ke luar negeri produk-produk ini menurutnya bisa dimaksimalkan.

"Kita akan membuat pabrik untuk empat komoditas ini, agar bisa diekspor sebagai barang jadi. Bukan lagi bahan mentah atau setengah jadi. Karena keempat komoditas ini nilai ekonominya 30 persen dari total ekonomi Kalsel," ungkapnya.

Jika diproses menjadi barang jadi, Fajar menyampaikan, batu bara ke depan dapat diekspor dalam bentuk gas. Sedangkan CPO, bisa dikirim berupa minyak goreng, sabun, kosmetik dan lain-lain. "Sementara, karet jadi ban, spring bed dan lain-lain. Kalau kayu lapis bisa diekspor jadi mebeler," ucapnya.

Di samping memaksimalkan komoditas ekspor dengan cara hilirisasi industri, Fajar menuturkan, Kalsel juga akan mendorong pertumbuhan tiga sektor unggulan di daerah. Yakni, pertanian, pariwisata dan UMKM.

"Tiga sektor ini kita siapkan untuk memantapkan ekonomi Kalsel. Sehingga tidak lagi bergantung kepada ekspor komoditas bahan mentah yang selama ini fluktuatif, akibat bergantung dengan ekonomi global. Baik harga maupun volume penjualan," tuturnya.

Untuk sektor pertanian, menurutnya potensinya sangat besar karena produksi beras Kalsel selama ini melimpah. Selain itu, Banua juga punya potensi untuk mengembangkan kerbau rawa, itik alabio, ayam telur dan sayur.

"Potensi ini kita maksimalkan, supaya hasilnya tidak hanya untuk konsumsi Kalsel. Tapi juga untuk Kaltim yang nantinya sebagai Ibu Kota Negara, dan juga Kalteng," ujarnya.

Sedangkan di sektor pariwisata, Fajar menilai ada banyak yang bisa didorong agar dapat menumbuhkan ekonomi Kalsel. Salah satunya adalah pariwisata berbasis alam.

"Geopark Pegunungan Meratus misalnya, saat ini sudah berstatus geopark nasional. Sebentar lagi akan didorong diusulkan menjadi UNESCO Global Geopark atau geopark dunia," paparnya.

Ditambahkannya, Kalsel juga memiliki potensi wisata Pasar Terapung, Loksado, kerbau rawa dan wisata alam lainnya yang keberadaannya bisa dimaksimalkan. "Termasuk wisata religi, seperti haul Datu Kalampayan, haul Guru Sekumpul dan haul para habaib terdahulu," tambahnya.

Sedangkan di sektor UMKM, Fajar menjelaskan, Pemprov Kalsel akan memaksimalkan potensi ini dengan cara mendorong para pelaku UMKM menguasai digital. Mulai dari pemasarannya, sampai kepada sistem pembayarannya.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB

Kutai Timur Pasok Pisang Rebus ke Jepang

Sabtu, 20 April 2024 | 15:15 WIB

Pengusaha Kuliner Dilema, Harga Bapok Makin Naik

Sabtu, 20 April 2024 | 15:00 WIB
X