Banjir Masih Mengganggu Arus Transportasi

- Sabtu, 13 Februari 2021 | 13:54 WIB
Penulis: Zaky Musyarof, S.Stat.
Penulis: Zaky Musyarof, S.Stat.

Pertengahan Januari 2021, masyarakat Kalimantan Selatan dikejutkan dengan bencana banjir yang melanda hampir seluruh kabupaten dan kota. Tanggal 15 Januari 2021 menjadi titik puncak banjir. Hujan deras secara terus menerus dalam beberapa hari mengakibatkan pepohonan dan tanah tidak lagi mampu membendung aliran air.

==============================
Oleh: Zaky Musyarof, S.Stat.
Statistisi BPS Provinsi Kalimantan Selatan
==============================

Banjir awalnya hanya menggenangi daerah-daerah yang memang rawan terhadap banjir. Seperti sejumlah titik di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Banjar. Namun pada akhirnya, daerah lain yang diklaim tidak pernah tergenang banjir pun turut terdampak. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan 11 kabupaten/kota di Kalsel terdampak banjir. Yaitu Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Tapin, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Tanah Bumbu, Kota Banjarmasin, dan Kota Banjarbaru. BNPB juga menaksir kerugian akibat banjir besar ini mencapai 1,13 triliun rupiah yang diakibatkan oleh kerusakan dan kerugian.

Salah satu dampak yang diakibatkan oleh banjir di Banua adalah kerusakan jalan raya. Sejumlah jembatan dilaporkan terputus akibat terjangan arus yang begitu deras. Sejumlah ruas jalan mengalami kerusakan akibat material yang terbawa aliran air, hingga sejumlah jalur yang sejak awal telah mengalami kerusakan kini benar-benar tidak dapat dilewati oleh kendaraan. Nahas, kerusakan-kerusakan tersebut banyak terjadi di jalur yang menghubungkan antarkabupaten dan kota. Jalur-jalur tersebut umumnya diperuntukkan bagi kendaraan-kendaraan berat yang mengangkut kebutuhan vital masyarakat dalam jumlah besar. Seperti truk pembawa bahan bakar minyak (BBM) dan bahan makanan pokok.

Pemerintah diklaim belum memberikan solusi jitu untuk mengatasi permasalahan ini. Sementara solusi yang diberikan oleh kalangan swasta seringnya terhalang biaya yang terlalu menguras kantong. Proses pendistribusian kebutuhan pokok masyarakat pun terhambat.

Community Mobility Reports (CMR) menunjukkan lebih jauh bagaimana banjir sejak tiga minggu yang lalu ini masih berdampak pada arus transportasi di Kalsel. CMR sendiri diluncurkan oleh Google sejak tahun lalu yang merupakan data mobilitas atau pergerakan masyarakat yang didasarkan pada history GPS telepon genggam.

Sejak tanggal 15 Januari hingga 5 Februari 2021, CMR menunjukkan mobilitas masyarakat terus mengalami penurunan atau bernilai negatif. Tercatat, hanya mobilitas warga di area permukiman saja yang mengalami peningkatan atau bernilai positif. Sementara mobilitas di area retail, toko bahan makanan, pusat transportasi umum, hingga tempat kerja masih mengalami penurunan. Pola mobilitas melalui CMR ini kemudian dapat dijadikan pendekatan untuk menggambarkan kinerja transportasi yang masih belum normal.

Mobilitas pada beberapa hari terakhir memang telah mengalami peningkatan jika dibandingkan pada hari-hari awal banjir melanda. Namun, jika diibaratkan kinerja transportasi saat ini seperti bola salju yang dibiarkan menggelinding. Andaikan terus dibiarkan, akan memberi dampak yang lebih buruk dan lebih besar.

Dampak yang pertama kali akan dirasakan masyarakat tentu saja keterbatasan bahan kebutuhan pokok. Barang yang tidak dapat didistribusikan akan berjalan beriringan dengan stok yang mulai habis dikonsumsi masyarakat. Kelangkaan pada barang-barang tersebut akan mulai terjadi. Dengan permintaan atau demand yang masih ada dari masyarakat, kelangkaan selanjutnya akan mendorong efek lanjutan, yaitu inflasi atau kenaikan harga barang. Di bulan Januari 2021 saja, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Selatan melaporkan kelompok makanan mengalami inflasi sebesar 0,41 persen, kelompok minuman sebesar 0,54 persen, dan kelompok penyediaan makanan dan minuman sebesar 0,77 persen.

Pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten dan kota, harus segera merumuskan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah ini. Solusi jangka panjang tentu saja dengan perbaikan dan peningkatan kualitas sarana prasarana di ruas-ruas jalan antarkabupaten dan kota. Perbaikan dengan konstruksi yang lebih tahan banjir harus dilakukan agar kejadian serupa tidak terjadi lagi di kemudian hari.

Meski curah hujan di awal 2021 ini memang lebih tinggi dari biasanya, namun daerah resapan air juga harus terus dijaga agar dampak yang dirasakan tidak sebesar tahun ini. Atau, bahkan tidak dirasakan sama sekali.

Sementara solusi jangka pendek dirasa akan lebih sulit untuk dirumuskan. Hal ini karena berkaitan dengan konstruksi jalan raya yang tidak dapat selesai dalam sehari atau dua hari. Namun, pemberian izin sementara untuk truk melintasi daerah perkotaan, subsidi atau penggratisan feri penyeberangan, hingga bantuan untuk sopir-sopir truk dapat dijadikan pertimbangan. Bagaimana pun, banjir besar yang melanda Kalsel pada awal tahun 2021 ini menyadarkan kita semua bahwa Kalsel tidaklah aman dari ancaman bencana alam berupa banjir. (*)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X