Banjarmasin Menuju 5.000 Kasus

- Kamis, 18 Februari 2021 | 14:09 WIB
Ilustrasi: Radar Sampit
Ilustrasi: Radar Sampit

BANJARMASIN - Dalam sehari, zona hijau di sejumlah kelurahan berubah drastis. Dari data yang dirilis oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Banjarmasin pada Selasa (16/2) lalu, zona hijau kini hanya ada di 14 kelurahan. Selebihnya, kelurahan ada yang masuk dalam zona kuning, oranye, hingga merah.

Kondisi Kota Banjarmasin juga menjadi perhatian Tim Pakar Covid-19 dari Universitas Lambung Mangkurat. Salah satunya, Hidayatullah Muttaqin. Ia menyebut bahwa Kota Banjarmasin mesti lebih waspada. Lantaran kondisinya kini cukup memprihatikan. Bukan tanpa alasan, tapi karena hari demi hari kasus baru terus bertambah dengan jumlah yang tidak sedikit.

Ambil contoh, per 16 Februari, jumlah kumulatif warga Kota Banjarmasin yang dikonfirmasi terinfeksi virus corona sudah mencapai 4.996 kasus. Artinya tinggal tambahan 4 kasus lagi, maka penduduk yang terinfeksi Covid-19 akan menembus angka 5.000 kasus.

Hidayatullah juga membeberkan jumlah warga Kota Banjarmasin yang terkonfirmasi positif Covid-19 sepanjang 16 hari pertama di bulan Februari sudah mencapai 415 kasus. Menurutnya, data ini mencapai angka 75 persen jumlah kasus baru Kota Banjarmasin selama 31 hari di bulan Januari.

Sementara itu kasus aktif di Kota Banjarmasin juga mengalami peningkatan yang cukup besar. Jika pada akhir tahun 2020, ada 1.77 warga kota yang berada dalam status masih positif, maka pada akhir Januari jumlahnya melonjak menjadi 318 orang. "Kini jumlah penduduk yang masih positif Covid-19 mencapai 482 kasus. Sebanyak 382 di antaranya dirawat di rumah sakit," ucapnya, ketika dikonfirmasi kemarin (17/2).

Dengan populasi mencapai 16 persen dari total jumlah penduduk Kalimantan Selatan, Banjarmasin berkontribusi 25 persen dari 19.977 kasus kumulatif provinsi. Besarnya kasus Covid-19 di Kota Seribu Sungai ini tidaklah dipandang aneh. Hidayatullah menilai ada faktor kuat yang mendorong penularan Covid-19.

Hidayatullah menyebut dari publikasi berbagai artikel ilmiah dan riset yang dilakukan sendiri terhadap situasi pandemi Covid-19 Kabupaten dan Kota di seluruh Indonesia, pertumbuhan dan penyebaran Covid-19 sangat dipengaruhi oleh jumlah populasi dan kepadatan penduduk dan ukuran ekonomi suatu wilayah.

Untuk Kota Banjarmasin, sebagai ibu kota provinsi, menurutnya memenuhi kriteria tersebut. Banjarmasin merupakan kota yang sangat padat lebih dari 6.000 penduduk per kilometer persegi, pusat kegiatan ekonomi dan perdagangan. Kondisi tersebut memicu tingginya mobilitas penduduk yang menjadi motor penularan Covid-19. Tanpa adanya intervensi untuk mengendalikan mobilitas penduduk, menurutnya pertumbuhan kasus Covid-19 akan terus berlangsung.

Lebih jauh, intervensi Pemerintah Kota (Pemko) Banjarmasin melalui PPKM dan PPKM Mikro menurutnya tidak efektif. Hal ini ditunjukkan oleh terjadinya ledakan kasus Covid-19 di bulan Januari dan Februari ini.

Lantas, di manakah permasalahannya? Hidayatullah menekankan bahwa strategi PPKM lebih lemah dari PSBB dalam hal pengendalian mobilitas penduduk. Berdasarkan data yang dimilikinya, mobilitas penduduk justru semakin meningkat satu pekan setelah dimulainya PPKM jilid I.

"Sedangkan aturan pembatasan dalam PPKM Mikro justru lebih longgar dibandingkan PPKM jilid I. Tidak heran kasus semakin meledak pada bulan Februari ini," urainya.

Menurutnya, kondisi itu mengindikasikan bahwa penting adanya upaya pengendalian mobilitas penduduk untuk memutus mata rantai penularan Covid-19. Tidak cukup hanya dengan penerapan protokol kesehatan (Prokes). Itu pun jika prokes diterapkan dengan ketat dan disiplin oleh pemerintah kota dan masyarakat.

Permasalahan lainnya, ada pada berbagai kebijakan Pemko yang justru memperlemah pengendalian pandemi itu sendiri. Seperti rencana pembukaan sekolah, dan pembuatan peta zonasi berbasis kelurahan yang menampilan warna hijau dan kuning.

"Peta zonasi yang dibuat Pemko tidak mengacu pada satgas pusat. Adanya warna hijau dalam peta menimbulkan kebiasan dari kondisi riil.  Seolah-olah pandemi di Kota Banjarmasin terkendali, padahal tidak. Karena jauh dari standar WHO untuk ukuran sudah terkendali," tegasnya.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Banjarmasin Pulangkan 10 Orang Terlantar

Jumat, 26 April 2024 | 14:30 WIB
X