3 Sinema Tari Persembahan Himaseta, Empat Bulan Berkarya Penuh Cobaan

- Sabtu, 27 Februari 2021 | 20:36 WIB
PENTAS KOLOSAL: Manjalung Ratu Zaleha, salah satu pementasan Himaseta STKIP PGRI sebelum pandemi melanda. | Foto: Wahyu Ramadhan/Radar Banjarmasin
PENTAS KOLOSAL: Manjalung Ratu Zaleha, salah satu pementasan Himaseta STKIP PGRI sebelum pandemi melanda. | Foto: Wahyu Ramadhan/Radar Banjarmasin

Asal mula Kampung Pengambangan, Kampung Purun dan sebuah kisah di Pegunungan Meratus digarap dalam sinema 'Maanjung Kisah Bamula Lastari Budaya Banua'.

-- Oleh: WAHYU RAMADHAN, Banjarmasin --

Tiga sinema itu digelar Himpunan Mahasiswa Pendidikan Seni Tari (Himaseta) STKIP PGRI Banjarmasin. Digarap tiga tim. Tim Banjarmasin, Banjarbaru dan Tim Hulu Sungai.

Sebagai tema keseluruhan, diangkat 'Maanjung Kisah Bamula Lastari Budaya Banua'. Ini merupakan pementasan kelima persembahan Himaseta.

Antara lain 'Ramayana Full Story' tahun 2017, 'Manjalung Ratu Zaleha' tahun 2018, 'Coronong Samudra' tahun 2019, dan 'Maurak Maandung Lamut Boejang Maluala' tahun 2020.

Pementasan kelima ini disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube @apmproduction21. Disiarkan selama tiga hari berturut-turut, 5-7 Maret nanti.

Andai tak dirundung pandemi, pementasan di atas panggung tentu bisa dinikmati penonton.

Kepala Prodi Pendidikan Seni Tari, Suwarjiya mengatakan, sinema ini merupakan ujian kelulusan untuk mata kuliah Manajemen Seni Pertunjukan dan Produksi Tari.

"Penggarapnya adalah mahasiswa sendiri. Kami optimis bisa mendapat 10 ribu penonton pas live streaming nanti," ucapnya optimis.

Untuk Tim Tari Banjarmasin, diisi mahasiswa yang tinggal di wilayah Kota Banjarmasin, Kabupaten Barito Kuala hingga Provinsi Kalimantan Tengah.

"Mereka menggarap tarian tentang perajin kembang barantai dengan judul 'Manyingkai Pangambangan'," jelasnya.

Kisah itu bermula dari terusirnya putri kerajaan. Perjalanan sang putri membawanya ke suatu tempat tumbuhnya bunga-bunga.

Kagum dengan keindahan bunga-bunga, sang putri merangkainya menjadi untaian bunga yang indah. Dijual ke pasar hingga menimbulkan kekaguman orang-orang.

Sang putri juga bermurah hati, mengajarkan cara merangkai bunga kepada masyarakat. Hingga akhirnya menjadi kebiasaan turun temurun.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Masalah Pendidikan Jadi Sorotan Ombudsman

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:50 WIB

Gempa 3,3 Magnitudo Guncang Kotabaru

Kamis, 28 Maret 2024 | 15:58 WIB

Januari hingga Maret, 7 Kebakaran di Balangan

Selasa, 26 Maret 2024 | 15:35 WIB

Warga HSU Dilarang Bagarakan Sahur Pakai Musik

Selasa, 26 Maret 2024 | 15:15 WIB
X