Mendaki Ke Gua Sawar Bersama Bocah Pemandu Wisata

- Rabu, 3 Maret 2021 | 15:20 WIB
GUIDE MUDA: M Ghalip akrab disapa Alif, berpose untuk Radar Banjarmasin. Ia kerap diminta mengantarkan pelancong ke berbagai kawasan di Desa Nateh. Salah satunya, Gua Sawar. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN
GUIDE MUDA: M Ghalip akrab disapa Alif, berpose untuk Radar Banjarmasin. Ia kerap diminta mengantarkan pelancong ke berbagai kawasan di Desa Nateh. Salah satunya, Gua Sawar. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN

Tepat di pendakiannya yang kedua puluh kali, Alif pernah mengalami hal yang menurutnya cukup aneh. Dari dalam gua, sayup-sayup terdengar suara yang memanggil namanya.

-- Oleh: WAHYU RAMADHAN, Barabai --

Nama lengkapnya Muhammad Ghalip. Umurnya limabelas tahun. Bocah asli Desa Nateh. Di umurnya yang masih tergolong muda, kepiawaiannya sebagai guide atau pemandu wisata patut diacungi jempol.

Sudah tak terhitung lagi, berapa jumlah pelancong yang ia bawa menyusuri hutan, mendaki pegunungan hingga memasuki gua. Selain sangat perhatian dengan para pelancong yang dibawa, ia juga hapal betul jalur pendakian yang 'ramah' medan bagi pemula.

Termasuk, di mana saja spot foto yang menarik. Agar wisatawan bisa mengambil foto atau berswafoto dengan nyaman.

Akhir Februari lalu, di sebuah siang yang langitnya tampak murung, secara tidak sengaja penulis bertemu dengan Alif di objek wisata arung jeram di Desa Nateh.

Setelah tahu ia adalah guide di situ, penulis mengajaknya ke Gua Sawar. Ia pun bersedia mengantarkan.

Entah sudah yang ke berapakalinya ia mengantarkan pelancong ke gua yang hingga kini kerap didatangi pelancong dari berbagai daerah, itu. Yang menurut Alif, gua itu bahkan pernah didatangi pelancong asal Makassar.

Padahal menurut Alif, selain Gua Sawar masih ada Gua Berangin dan Gua Marmer yang bisa didatangi. Tapi, entah mengapa Gua Sawar lah yang paling menarik minat para pelancong. "Bisa jadi karena guanya yang indah," ucap Alif.

Gua Sawar sendiri berada di tengah Pegunungan Sawar, masuk daerah Batang Alai Timur. Berjarak tigapuluh kilometer dari Barabai, yang menjadi jantung Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST).

Dinamai Sawar, lantaran di situ merupakan habitat ribuan kelelawar. Yang kotorannya kerap dijadikan pupuk oleh warga setempat. Menurut Alif, kotoran kelelawar juga sangat berguna untuk bunga, atau tanaman pohon cabai.

"Cepat suburnya, bang," tuturnya.

Selama pendakian menuju Gua Sawar, Alif tak banyak bercerita. Ia hanya fokus mencarikan jalan yang sekali lagi 'ramah' bagi pendaki pemula seperti penulis. Meskipun jalur yang dilalui itu menurutnya masih belum seratus persen ramah.

Buktinya, agar mudah mendaki kedua tangan masih perlu berpegangan erat ke akar atau ranting pohon, dan kaki masih harus tergagap mencari tanah pijakan yang keras.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Rem Blong, Truk Solar Hantam Dua Rumah Warga

Kamis, 28 Maret 2024 | 19:00 WIB

Masalah Pendidikan Jadi Sorotan Ombudsman

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:50 WIB

Gempa 3,3 Magnitudo Guncang Kotabaru

Kamis, 28 Maret 2024 | 15:58 WIB
X